MAKALAH
AGAMA HINDU
“Catur Purusa Artha”
O
l e h :
Nadila
Dwi tari
Kelas
: XI. MIPA3
SMA
NEGERI 1 LADONGI
TAHUN
PELAJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Atas Asung Kertha Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa)
saya telah dapat menyusun/menyelesaikan makalah Agama Hindu ini. Adapun tujuan
judul makalah yang kami sajikan ini adalah “Catur Purusa Artha”.
Semoga kehadiran makalah ini akan memberikan nuansa baru
dalam pengajaran khususnya agama Hindu. Sudah tentu kehadiran makalah ini
banyak terdapat kelemahan dan kekurangannya. Tegur sapa dan kritik yang
membangun sangat saya harapkan demi sempurnanya makalah ini semoga bermanfaat
bagi kita semua.
Om Santi Santi Santi Om.
Ladongi, September 2018
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ........................................................................ i
DAFTAR
ISI.................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................ 1
1.3 Tujuan ....................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASA
2.1 Pengertian Catur Purusa Artha........................................ 2
2.2 Bagian-bagian Catur Purusa Artha................................... 2
2.3 Prioritas Penerapan Catur
PurusaArtha untuk
Kebahagiaan
Rohani....................................................... 4
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................. 7
3.2 Saran.......................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agama Hindu
memiliki kerangka dasa yang dapat dipergunakan oleh umat sebagai landasan untuk
memahami, mendalami, dan menagamalkan
ajaran-ajarannya dalam kehidupan sehari -hari. Kerangka dasar tersebut terdiri
dari tiga unsur yaitu Tattwa/filsafat,
susila/etika, dan upacara/Ritual. Ketiga unsur kerangka dasar itu
merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak terpisahkan. Untuk dapat memahami,
mendalami, dan mengamalkan ajaran Agama
Hindu secara utuh dalam kehidupan sehari-hari maka setiap umat Hindu memiliki
kewajiban menjadikan kerangka dasar sebagai pedoman. Dengan demikian, mereka
dapat mewujutkan hidup dan kehidupan ini menjadi sejahtera dan bahagia. Untuk
kali ini kami disini akan membahas mengenai susila/etika.
Seperti
yang telah kita ketahui bersama, bahwa Hindu kaya akan ajaran-ajaran mengenai
Ketuhanannya. Diantaranya seperti, Sraddha, Yadnya, Tri Hita Karana, Catur
Asrama, Catur Purusa Artha, dan masih banyak yang lainnya. Agama Hindu
memberikan tempat yang utama terhadap ajaran tentang dasar dan tujuan hidup
manusia. Dalam ajaran Agama Hindu ada suatu sloka yang berbunyi: "Moksartham
Jagadhita ya ca iti dharmah", yang berarti bahwa tujuan beragama
adalah untuk mencapai kesejahteraan jasmani dan ketentraman batin (kedamaian
abadi).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian
catur purusa artha?
2. Apa saja
bagian-bagian catur purusa artha?
3. Bagaimana Prioritas
Penerapan Catur PurusaArtha untuk Kebahagiaan Rohani?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui bagaimana pengertian catur purusa artha.
2. Untuk
mengetahui bagian-bagian catur purusa artha.
3. Untuk mengetahui Prioritas Penerapan Catur Purusa Artha
untuk Kebahagiaan Rohani
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Catur Purusa Artha
Catur Purusa
Artha adalah empat kekuatan atau dasar kehidupan menuju kebahagiaan, yaitu :
Dharma, Arta, Kama, dan Moksa. Urut-urutan ini merupakan
tahapan-tahapan yang tidak boleh ditukar-balik karena mengandung keyakinan
bahwa tiada arta yang diperoleh tanpa melalui dharma; tiada kama diperoleh
tanpa melalui arta, dan tiada moksa yang bisa dicapai tanpa melalui dharma, arta,
dan kama.
2.2 Bagian-bagian Catur Purusa Artha
1. Dharma
Dharma berasal dari akar kata “dhr”
yang berarti menjingjing, memelihara, memangku, atau mengatur. Jadi kata dharma
dapat diartikan sebagai sesuatu yang mengatur, memelihara dunia beserta semua
makhluk.
Makna yang terkandung dalam kata dharma
sebenarnya sangat luas dan dalam. Bagi mereka yang menekuni ajaran-ajaran agama
akan memberi perhatian yang pokok dan pada pengertian dharma tersebut.
Untuk mengembangkan ajaran ini dipakai
pedoman catur dharma yang terdiri dari :
a. Dharma Kriya
Dharma Kriya berarti manusia harus
berbuat, berusaha dan bekerja untuk kebahagian keluarga pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya , dengan menempuh cara perikemanusian sesuai dengan
ajaran-ajaran agama hindu.
b.
Dharma Santosa
Berarti berusaha untuk mencapai
kedamaian lahir batin dalam diri sendiri, dilanjutkan kedalam lingkungan
keluarga, masyarakat, bangsa , dan negara.
c.
Dharam Jati
Berarti kewajiban yang harus
dilakukan untuk menjamin kesejahteraan dan ketenangan keluarga serta selalu
mengutamakan kepentingan umum disamping kepentingan diri sendiri atau golongan.
d.
Dharma Putus
Berarti melakukan kewajiban dengan
penuh keikhlasan , berkorban serta bertanggung jawab demi terwujudnya keadilan
sosial bagi umat manusia dan selalu mengutamakan penanaman Budhi baik untuk
menjauhkan diri dari noda dan dosa yang menyebabkan moral menjadi rusak.
2. Artha
Artha dalam catur purusartha mempunyai
beberapa makna. Kata artha dapat berarti tujuan. Demikian pula dengan kaitannya
dengan kata parama artha ( tujuan yang tertinggi ), parartha ( tujuan atau
kepentingan orang lain ), dan sebagainya. Artha merupakan pelengkap hidup.
Artha (dalam arti artha benda) memiliki berbagai fungsi dalam kehidupan
beragama di antaranya sebagai berikiut:
a. Fungsi artha dalam kehidupan
beragama
Artha dapat di gunakan untuk
beryadnya misalnya, melaksanakan panca yadnya.
b. Fungsi artha dalam mewujudkan
jagadhita
Di samping fungsi artha dalam
kepentingan agama, juga berperan dalam mewujudkan jagadhita atau kebahagian di
dunia.
3. Kama
Kama berarti nafsu atau keinginan yang
dapat memberikan kepuasan dan kesejahteraan hidup. Kepuasan atau kenikmatan
tersebut memang merupakan salah satu tujuan atau kebutuhan manusia. Biasanya
kama itu diartikan dengan kesenangan, cinta.
Kama adalah tujuan kebahagian,
kenikamatan yang di dapat melalui indra , tetapi harus berlandaskan dharma
dalam memenuhinya. Kama berarti kesenangan dan cinta kasih penuh keiklasan
terhadap sesama makhluk hidup dan yang penting memupuk cinta kasih,
kebenaran,keadilan dan kejujuran untuk mencapainya.
Kama dapat dibagi atas 3 bagian yang di
sebut “ Tri Parartha” yakni :
a. Asih , menyayangi dan mengasihi
sesama makhluk sebagai mengasihi diri sendiri.
b. Punya , dan Punya cinta kasih pada
orang lain di wujudkan dengan selalu menolong dengan memberikan sesuatu ( harta
benda) yang kita miliki dan berguna bagi orang yang kita berikan
c. Bhakti, cinta kasih pada hyang widhi
dengan senantiasa sejuk kepadanya dalam bentuk pelaksanaan agama.
4. Moksa
Moksa berarti ketenangan dan kebahagian
spiritual yang kekal abadi (suka tan pewali duka). Moksa adalah tujuan terakhir
dari umat hindu. Kebahagian bathin yang terdalam dan langgeng ialah bersatunya
atma dengan brahmana yang disebut moksa.
Moksa memiliki beberapa tingkatan
antara lain:
a. Samipya
adalah moksa atau kebebasan yang
dapat dicapai semasih hidupnya ini, terutama oleh para rsi saat melaksanakan
yoga, samadhi, disertai dengan pemekaran antusiasnya, sehingga mereka dapat menerima
wahyu dari tuhan.
b. Sarupya
Adalah moksa atau kebebasan yang
dicapai semasih hidup dimana kedudukan atma mengatasi unsur-unsur maya. Kendati
pun atma mengambil perwujudan tertentu namun tidak akan terikat oleh segala
sesuatunya seperti halnya awatara seperti budha, sri kresna, rama, dan lain
sebagainya.
c. Salokya (Karma Mukti)
Merupakan kebebasan yang di capai
oleh atma itu sendiri dan telah berada dalam posisi kesadaran sama dengan
tuhan, tetapi belum dapat bersatu dengannya.
d. Sayujya (P urna Mukti)
Merupakan tingkatan kebebasan yang
paling tinggi dan sempurna di mana atma telah dapat bersatu atau bersenyawa
dengan tuhan dan tidak terbatas apa pun juga sehingga benar-benar telah
mencapai “ Brahma Atma Aikyam” yaitu atma dengan tuhan betul-betul bersatu.
2.3 Prioritas Penerapan Catur
PurusaArtha untuk Kebahagiaan Rohani
Catur Asrama adalah
empat jenjang kehidupan manusia berdasarkan petunjuk kerohanian yang dipolakan
untuk mencapai empat tujuan hidup manusia yang disebut Catur PurusaArtha.
Prioritas
penerpan Catur PurusaArtha pada tahapan-tahapan Catur Asrama, yaitu :
1. Brahmacari
Brahmacari
berasal dari 2 kata , brahma dan cari . Brahma artinya ilmu pengetahuan suci
dan Cari ( car ) yang artinya bergerak. Jadi brahmacari artinya bergerak di
dalam kehidupan menuntut ilmu pengetahuan (masa menuntut ilmu pengetahuan).
Dalam kitab Nitisastra II, 1 masa menuntut ilmu pengetahuan adalah maksimal 20
tahun, dan seterusnya hendanya kawin untuk mempertahankan keturunan dan
generasi berikutnya. Dalam kitab Manawa Dharmasastra disebutkan
bahwa umur untuk mulai belajar adalah semasa anak-anak, yaitu umur 5 tahun dan
selambat-lambatnya umur 8 tahun. Brahmacari juga dikenal dengan istilah ”
Asewaka guru / aguron-guron ” yang artinya guru membimbing siswanya dengan
petunjuk kerohanian untuk memupuk ketajaman otak yang disebut dengan ” Oya
sakti”. Dalam masa brahmacari ini siswa dilarang mengumbar hawa nafsu sex,
karena akan mempengaruhi ketajaman otak. Untuk masa menuntut ilmu, tidak ada
batasnya umur, mengingat ilmu terus berkembang mengikuti waktu dan zaman. Maka
pendidikan dilakukan seumur hidup.
2. Grahasta
Merupakan
jenjang yang kedua yaitu kehidupan pada waktu membina rumah tangga (dari mulai kawin). Kata grahasta berasal
dari dua kata. Grha artinya rumah, stha artinya berdiri. Jadi grahasta artinya
berdiri membentuk rumah tangga. Dalam berumah tangga ini harus mampu seiring
dan sejalan untuk membina hubungan atas darar saling cinta mencintai dan
ketulusan.
Syarat-syarat perkawinan adalah:
- sehat jarmani dan rohani
- hidup sudah mapan
- saling cinta mencintai
- mendapat persetujuan dari kedua pihak baik keluarga dan orang tua.
- hidup sudah mapan
- saling cinta mencintai
- mendapat persetujuan dari kedua pihak baik keluarga dan orang tua.
Tujuan dari pada grahasta adalah:
- melanjutkan keturunan
- membina rumah tangga
- membina rumah tangga
- melaksanakan panca yadnya ( sebagai
seorang hindu).
Pada tingkat grahasta, tujuan hidup lebih diutamakan
untuk mendapatkan artha dan kama.
3. Wanaprasta
Wanaprasta
terdiri dari dua kata yaitu ” wana ” yang artinya pohon, kayu, hutan, semak
belukar dan ” prasta ” yang artinya berjalan, berdoa. Jadi wanaprasta artinya
hidup menghasingkan diri ke dalam hutan. Mulai mengurangi hawa nafsu bahkan
melepaskan diri dari ikatan duniawi. Pada masa ini seseorang yang telah
menginjak masa wanaprasta cenderung mengasingkan diri ke hutan pada masa lampau
guna mencari ketenangan dan belajar bagaimana menjadi seorang sanyasin tau
petapa dan secara perlahan tidak mengingat kembali akan ikatan keduniawian atau
hal-hal yang berhubungan dengan dunia material.
4. Bhiksuka (sanyasin)
Kata biksuka
berasal dari kata biksu yang merupakan sebutan pendeta Buda. Biksu artinya
meminta-minta. Masa biksuka adalah masa dimana sesorang sudah benar-benar
terlepas dari ikatan alam material ini dan pada fase ini sudah benar-benar
tidak memikirkan hawa nafsu dan hanya berbuat dharma dan terus senantiasa hanya
mengabdikan diri kepada Brahman atau Tuhan Yang maha Esa ( Ida Sang Hyang Widhi
Wasa ) untuk mencapai pembebasan dari penderitaan alam material ini.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ajaran catur purusartha sangat berkaitan
dan sangat baik jika digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan di
masa kehidupan ini. Catur purusartha yakni dharma, artha, kama, dan moksa
merupakan tujuan dari kehidupan ini. Pada masa brahmacari sesorang menuntut
ilmu kebajikan guna memperoleh pekerjaan (dharma, dan artha), pada masa
grahasta atau berumah tangga sesorang akan mencari kekayaan untuk memenuhi
keinginanya (kama) yang berlandaskan kebenaran atau dengan cara-cara yang baik
(dharma). Pada masa wanaprastha seseorang mulai sedikit demi sedikit
mengurangi keinginan atau hawa nafsu (kama) dan mulai mencari ketenangan guna
mencapai kelepasan (moksa). Pada masa bhiksuka atau sanyasin seseorang telah
dapat mencapai kelepasan (moksa) dan tidak lagi terikat dengan hal-hal yang
bersifat keduniawian.
3.2 Saran
Saran-saran yang dapat dipetik dari urain diatas hendaknya ajaran catur
purusartha harus dipertahankan dan terus diajarkan kepada generasi muda agar
tidak hilang dikemudian hari. Seseorang yang masih menuntut ilmu hendaknya
tidak melakukan hubungan seksual karena akan dapat mempengaruhi dari pada
ketajaman pikiran. Pelajaran mengenai ajaran ini tidak hanya diberikan oleh
sekolah akan tetapi diperlukan peran dari pada orang tuga sebagi tempat seorang
anak mulai belajar dari awal. Segala kegiatan yang dilakukan semasa hidup ini
hendaknya berlandaskan kebenaran atau dharma karena jika berlandaskan adharma
maka hasil yang akan diperoleh akan cepat habis dan akan mengganggu ketenangan
batin seseorang yang berbuat jahat atau adharma dalam mencapai tujuanya.
Berjalanlah selalu dalam ajaran dharma meskipun itu sulit tapi itu lebih
menenangkan dan tidak akan ada perasaan bersalah atau berdosa.
DAFTAR PUSTAKA
http://wayansuastika1.blogspot.com/2017/10/makalah-agama-hindu-catur-asrama-dan.html
Di awal sdh agak terbuka pemikirannya bahwa catur purusha artha adalah 4 kekuatan yg dimiliki manusia tp uraian di bawahnya tidak nyambung.
BalasHapusManusia memiliki empat kekuatan yg maha dahsyat dalam dirinya yg mana kalau ini dimanfaatkan maka ia akan mencapai kebahagiaan :
BalasHapus1. Dharma atau nilai2 kabajikan sdh dan selalu ada dalam diri setiap manusia kalau ini dikembangkan dan dimunculkan akan dapat memberikan kebahagiaan dalam hidupnya.
2. Artha jangan diorientasikan hanya harta materiil saja. Pikiran, waktu dan tenaga adalah artha sesungguhnya yg kita miliki. Kalau artha ini dimanfaatkan dg baik pasti dapat memberikan kebahagiaan.
3. Kama, keinginan atau kekuatan niat yg kita miliki adalah pemantik. Ibarat kita punya bahan bakar (dharma) kita punya korek api (artha) tp tidak ada yg memantik (menyalakan) maka tidak akan terjadi proses pembakaran. Kekuatan niat inilah juga yg utama, tanpa niat untuk bahagia maka tidak akan ada kebahagiaan.
4. Moksha adalah suatu kekuatan untuk bebas yg kita miliki untuk membebaskan diri dari segala pengaruh yg negatif. Dan setiap manusia punya kekuatan itu. Kekuatan untuk keluar dari belenggu negatif.
Kalau keempat kekuatan (purusha) yg kita miliki ini (artha kita) dimanfaatkan dg baik niscaya kebahagiaan yg merupakan tujuan setiap manusia pasti tercapai. Astungkara.