MAKALAH
“Sad Darsana”
O L E H
:
Nyoman Nurdiasa
Kelas : XI2
SMA NEGERI 1 LADONGI
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Atas Asung Kertha Wara Nugraha
Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang
Maha Esa) pada akhirnya makalah ini tersusun dalam bentuk yang sederhana
setelah banyak rintangan baik teknis maupun non tekhnis. Adapun judul makalah
yang saya ambil adalah “Sad Darsana”.
Penyusun menyadari bahwa
komposisi, struktur maupun materi yang terdapat dalam makalah ini masih jauh
dari yang diharapkan, oleh karena itu penyusun menyadari beberapa
kekurangan-kekurangan dan keterbatasan penulis miliki. Oleh karena itu saran
dan kritik dari semua pihak yang sifatnya membangun sangat diharapkan dalam
perbaikan makalah ini.
Dengan selesainya makalah ini
penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada guru kami yang telah banyak
memberi petunjuk dalam pembuatan makalah ini, tak lupa juga kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman kami yang telah banyak
memberikan motivasi dan dorongannya
sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Om Santi Santi Santi Om.
Ladongi, Agustus 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ..................................................................................................... i
DAFTAR
ISI.................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sad Darsana.............................................................................. 2
2.2 Sistem Samkhya.......................................................................................... 4
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................. 5
3.2 Saran........................................................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini agama Hindu telah menjadi agama besar dunia yang tidak hanya
menghasilkan seorang Dayananda dan Tilak tetapi juga seorang Gandhi dan
Sarvepalli Radhakrishnan, seorang Aurobindo Ghose dan Krishnamurti, warga dunia
yang sesungguhnya dan nabi-nabi bagi sebuah agama universal. Apa yang telah
terjadi atas agama Hindu ini tidak terlepas dari ajaran agamanya juga tentang
kefilsafatannya yaitu filsafat India.
Dalam konteks
keilmuan bahasa Sanskerta, filsafat India
ini dikenal dengan istilah Sad Darshana yang merupakan suatu
pandangan yang benar terhadap apa yang harus dilakukan oleh seseorang baik
moral maupun material untuk mencapai kebenaran dan kebahagiaan yang tertinggi
dan abadi (moksa).
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian Sad Darsana?
2.
Bagaimana Sistem
Samkhya?
1.3
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian Sad Darsana
2.
Untuk mengetahui Sistem Samkhya
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Sad
Darsana
Kata darshana berarti
persepsi langsung, pandangan kontemplatif, penglihatan spritual. Secaara
pilosofi, katadarsana berartipengetahuan tentang prinsip tertinggi atau pola
yang melandasi kreasi fenomenal dan tentang pembagian kategori unsur-unsur yang
memebentuk pola-pola tersebut.
Sad darshana atau enam sistem
filsafat ortodoks india yang disampaikan dalam sistem klasik. aliran–aliran
filsafat ini dikembangkan sebagai hasil dari pengetahuan yang didapatkan
melalui masa weda, brahmana, upanishad dan purana dalam sejarah pemkiran india. Sistem filsafat ini berasala
dari para petapa dan orang-orang bijak india, sebagai hasil realisasi spiritual
serta penglihatan kontemplatif mereka.
Secara terstruktur perkembangan filsafat India terbagi
ke dalam beberapa periodisasi zaman yaitu: (1) Zaman Weda (1500 – 600 SM) yang
diisi oleh peradaban bangsa Arya, pada saat itu baru muncul benih pemikiran
filsafat berupa mantra, pujian keagamaan yangterdapat dalam sastra Brahmana dan
Upanishad; (2) Zaman Wiracarita (600
– 200 SM) yang diisi oleh perkembangan sistem perkembangan pemikiran filsafat
berupa Upanishad. Ide pemikiran
filsafat tersebut berbentuk tulisan yang bertemakan kepahlawanan dan hubungan
antara manusia dengan dewa; (3) Zaman Sastra Sutra (200 SM – 1400 M) yang diisi
oleh semakin banyaknya bahan – bahan pemikiran filsafat berupa sutra; (4) Zaman Kemunduran (1400 – 1800
M) diisi oleh pemikiran filsafat yang mandul karena para ahli piker hanya
menirukan pemikiran filsafat yang lampau; (5) Zaman Pembaharuan (1800 – 1950 M)
diisi oleh kebangkitan pemikiran filsafat India yang dipelopori oleh Ram Mohan
Ray (Achmadi, 2010: 85 – 86).
Terdapat dua kelompok filsafat India, yaitu Astika dan Nastika. Nastika merupakan
kelompok aliran yang tidak mengakui kitab Weda, sedangkan kelompok Astika
sebaliknya. Dalam Astika, terdapat enam macam aliran filsafat. Keenam aliran
filsafat tersebut yaitu: Nyaya,
Waisasika, Samkhya, Yoga, Mimamsa, dan Wedanta. Ajaran filsafat keenam aliran tersebut dikenal
sebagai Filsafat Hindu.
Terdapat enam Astika (filsafat Hindu) institusi
pendidikan filsafat ortodok yang memandang Weda sebagai dasar kemutlakan dalam
pengajaran filsafat Hindu yaitu: Nyāya, Vaisheṣhika, Sāṃkhya, Yoga, Mīmāṃsā
(juga disebut dengan Pūrva Mīmāṃsā), dan Vedānta (juga disebut dengan Uttara
Mīmāṃsā) ke-enam sampradaya ini dikenal dengan istilah Sad Astika Darshana atau
Sad Darshana. Diluar keenam Astika diatas, terdapat juga Nastika, pandangan
Heterodok yang tidak mengakui otoritas dari Weda, yaitu: Buddha, Jaina dan Carvaka.
Meski demikian, ajaran filsafat ini biasanya
dipelajari secara formal oleh para pakar, pengaruh dari masing-masing Astika
ini dapat dilihat dari sastra-sastra Hindu dan keyakinan yang dipegang oleh
pemeluknya dalam kehidupan sehari-hari.
Keenam sistem filsafat ini
dirumuskan oleh beberapa rishis yang melihat realitas atau kebenaranyang sama,
tapi dari suduut pandang srta kedalaman yang berbeda. Karena tidak ada satupun
sistem yang secara tunggal dan ekslusif dapat mewakili filsafat ortodoks india,
yang merupakan kumpulan ajaran berdasarkan keenam sistem filsafat
tersebut.Keenam sistem filsafat itu yakni:
-
Samkhya : didirikan oleh kapila. -
Nyaya : didirikan oleh gautama.
-
Waisiseka : didirkan oleh kanada. -
Yoga. : didirikan oleh patanjali.
-
Wedanta : didirikan oleh vyasa. -
Mimasa : didirikan oleh
jaimini.
1.2
Sistem Samkhya
Sistim Samkhya merupakan sistim tertua, yang berusaha
menyelaraskan falsafat Weda dengan perantara akal budi. Sistem Samkhya
merupakan filsafat pertama yang menguraikan proses evolusi kosmik secara
sistimatikdengan penelitian seksama. Samkhya berusaha menguraikan alam semesta
sebagai suatu kesatuan yang meliputi 25 kategori dan di klasifikasikan menjadi
4 judul:
a)
Yang tidak dihasilkan dan tak menghasilkan
Kategori
ini ialah Jiwa Kosmik (PURUSA), yakni yang tak berevolusi serta tak berkembang;
yang tak menyebabkan yang mana juga bukan sebaba musabab daripada sesuatu
keadaan yang bermode baru.
b)
Yang tidak dihasilkan tapi menghasilkan
Unsur
kedua disebut Unsur Zat Kosmik (PRAKRTI), yakni yang tak berevolusi tapi
berkembang, sebab musabab yang tak menyebabkan daripada keadaan phenomena.
c)
Yang dihasilkan dan menghasilkan
d)
Yang dihasilkan dan tidak menghasilakan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kata Darshana sendiri berarti “melihat”, “pengelihatan” atau
“pandangan”. Dalam ajaran Filsafat Hindhu darshana
berarti “pandangan tentang kebenaran”
Sad darshana berarti enam
pandangan tentang kebenaran yang mana merupakan dasar dari filsafat Hindu. Adapun pokok-pokok ajaran Sad
darshana antara lain: Samkhya, Yoga, Mimasa, Nyaya, Waisiseka, Dan Wedanta.
3.2 Saran
Demikianlah yang dapat saya
paparkan mengenai materi ini, tenrunya masih banyak kekurangan dan kelemahan,
karena terbatasnya pengetahuan penulis. Saya berharap para pembaca bias member
kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya makalah ini dan
penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulisnya pada khususnya
juga para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://lailatulfawaidah.blogspot.co.id/2012/12/kkumpulan-makalah-kel-6-sad-darsana.html
The player can select whether or not or to not take an additional card on a complete of sixteen whereas the supplier has to take one. In this example small playing cards are less likely to to|prone to} trigger the supplier to bust are thus favour the supplier, whereas huge playing cards trigger the supplier to bust extra often and favour the player. Nightclubs and pubs in Sweden often provide a Blackjack variant that's less favourable to the players. All 카지노 사이트 the essential guidelines are the same as in the on line casino model until the player and supplier have an equal complete of 17, 18 or 19. In the on line casino model the player's stake is returned in these conditions, but in Swedish pubs the home wins. When it comes down to down to} it, that card dealing with down has higher odds of being a ten than any other worth.
BalasHapus