MAKALAH
AGAMA HINDU
“ Mimamsa dan Wedanta”
O l e h :
I
made Wirna Adi Saputra
Kelas
: XII.IPS2
SMA
NEGERI 1 LADONGI
TAHUN
PELAJARAN 2016/2017
KATA
PENGANTAR
Om Swastyastu,
Atas Asung Kertha Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa)
saya telah dapat menyusun/menyelesaikan makalah Agama Hindu ini. Adapun tujuan
judul makalah yang kami sajikan ini adalah “ Mimamsa dan Wedanta”.
Semoga kehadiran makalah ini akan memberikan
nuansa baru dalam pengajaran khususnya agama Hindu. Sudah tentu kehadiran
makalah ini banyak terdapat kelemahan dan kekurangannya. Tegur sapa dan kritik
yang membangun sangat saya harapkan demi sempurnanya makalah ini semoga
bermanfaat bagi kita semua.
Om Santi Santi Santi Om.
Ladongi, Januari 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang .......................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C.
Tujuan ....................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Mimamsa................................................................................ 2
B.
Sejarah singkat tentang Mimamsa............................................................ 2
C.
Pengertian Wedanta.................................................................................. 2
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan................................................................................................. 5
B.
Saran.......................................................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Agama Hindu
mengenal adanya sistem filsafat Sad Darsana, yaitu enam sistem filsafat
orthodox, yang merupakan enam cara mencari kebenaran. Keenam filsafat Darsana
itu adalah Nyaya, Vaisesika, Samkhya, Yoga, Mimamsa dan Vedanta, yang merupakan
pandangan spiritual terhadap Jiva, Jagat dan Siva atau Brahman. Makalah ini
akan membahas secara khusus sistem filsafat Mimamsa.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian Mimamsa?
2.
Bagaimana sejarah singkat Mimamsa?
3.
Apa pengertian Wedanta?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian Mimamsa
2.
Untuk mengetahui sejarah singkat
Mimamsa
3.
Untuk mengetahui pengertian Wedanta
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Mimamsa
Secara etimologis, kata
mimamsa berarti ‘bertanya’atau penyelidikan. bagian pertama dari filasfat ini
disebut Purwa-Mimamsa (Mimamsa), sedangkan bagian kedua disebut Uttara-Mimamsa
(Vedanta). Mimamsa dan vedanta juga seringkali dijadikan satu pasangan. Sistem
Mimamsa-Vedanta adalah dua bagian dari satu filsafat yang mewakili unsur paling
ortodoks dari tradisi Weda. Kedua sistem ini menjelaskan perkembangan, tujuan,
serta ruang lingkup teks Weda.
Filsafat Mimamsa yang akan
dibahas adalah Purwa Mimamsa, yang umum disebut dengan Mimamsa saja. Kata
Mimamsa, berarti penyelidikan yang sistematis terhadap Veda. Purwa Mimamsa
secara khusus mengkaji bagian Veda, yakni kitab-kitab Brahmana dan Kalpasutra,
sedang bagian yang lain (Aranyaka dan Upanisad) dibahas oleh uttara Mimamsa
yang dikenal pula dengan nama yang populer, yaitu Vedanta. Purwa Mimamsa sering
disebut Karma
Mimamsa, sedang Uttara
Mimamsa disebut juga Jnana Mimamsa.
B.
Sejarah
Singkat Tentang Mimamsa
Sebagai tokoh aliran
Mimamsa ialah Jaimini yang hidup antara abad 3-2 SM dengan ajaran pokok yang
diuraikan dalam kitab Mimamsa-Sutra. Dalam jaman kemudian ajaran dalam
mimamsa-sutra dikomentari oleh para pengikutnya seperti : Sabaraswamin sekitar
abad ke 4 Masehi dan Prabhakarya sekitar tahun 650. Serta yang terakhir oleh
Kumarila Bhata sekitar tahun 700. Oleh karena itu dalam perkembangan
selanjutnya terjadilah dua aliran dalam Mimamsa yaitu disatu pihak pengikut
Prabhakara dan yang lainnya adalah pengikut Kumarila Bhata. Kedua aliran ini
tetap berpegang pada pokok ajaran Mimamsa walaupun tujuan mereka masing-masing
ada perbedaan.
C.
Pengertian
Wedanta
Adapun Wedanta berasal dari
kata “weda” dan “anta”, yang artinya bagian terakhir dari Weda (Uttara Mimamsa)
atau selesainya Weda. Nama ini adalah nama yang diberikan pada ajaran Upanisad.
Upanisad sendiri tidak terorganisasi dan filsafat yang sistematis agar dapat dianalisis
dengan lebih mudah. Wedanta merupakan kesimpulan dan perluasan tafsir Upanisad.
Didirikan oleh Badarayana pada 500 M.
Didalamnya dibicarakan apa yang disebut “Jnana
Marga”, yang artinya “Jalan Ilmu”. Hal itu menunjukkan bahwa Wedanta itu adalah
suatu jalan kelepasan dengan mempergunakan ilmu (pengetahuan).
Kitab Upanisad juga disebut
dengan Wedanta, karena kitab-kitab ini mewujudkan bagian akhir dari Weda yang
bersifat menyimpulkan. Upanishad juga yang sudah dikenal sebagai Wedanta, sudah
ribuan tahun menjadi sumber inspirasi filsafat religius umat Hindiu. Kata
Upanishad memiliki arti duduk dekat guru atau mendekatkan diri kepada Tuhan.
Upanishad merupakan ajaran rahasia dari Weda yang oleh para guru dinamakan
dengan istilah Wedopanisad. Jumlah kitab Upanishad adalah 108 buah.
Walaupun hanya diterima
sebagai “sruti”, yaitu sebagai bagian dari pewahyuan Weda, status Upanishad
bukan menyampaikan kearifan manusia, namun menyediakan kebenaran yang
membebaskan. Ada tiga faktor yang meyebabkan Upanishad disebut dengan Wedanta,
yaitu:
1.
Upanishad adalah hasil karya terakhir
dari zaman Weda.
2.
Pada zaman Weda program pelajaran yang
disampaikan oleh para Resi kepada sisyanya, Upanishad juga merupakan pelajaran
terakhir. Para Brahmacari pada mulanya diberikan peajaran Shamhita yakni
koleksi syair-syair dari zaman Weda. Kemudian dilanjutkan dengan pelajaran
Brahmana yaitu tata cara untuk melaksanakan upacara keagamaan
3.
Upanishad merupakan kumpulan
syair-syair yang terakhir daripada zaman Weda. Oleh karena itu Upanishad adalah
inti dari Weda atau Wedanta.
Ada yang menyebutkan bahwa
sebutan Wedanta itu diartikan sebagai suatu sistem filsafat yang ajarannya
didasarkan pada kitab Upanishad. Karena banyaknya kitab Upanishad dan untuk
memudahkan sistem pengajarannya, maka Badarayana mencoba menyusun secara
sistematis pengajaran Upanishad dalam sebuah Sutra yang dinamakan Wedanta
Sutra.
Kitab ini terbagi atas
empat bab yang setiap babnya memuat hal – hal sebagai berikut :
1.
Menyatakan bahwa Brahman adalah
realitas yang tertinggi dan semua ayat Weda mengandung Brahman di dalamya.
2.
Menyatakan bahwa semua ajaran yang
tidak sesuai dengan Weda tidak akan dapat dipertahankan.
3.
Membicarakan syarat – syarat untuk
menyatukan diri dengan Brahman.
4.
Membicarakan pahala dari seseorang yang
telah mendapatkan pengetahuan tentang Brahman atau Brahma Widhya.
Ajaran Vedanta, sering juga
disebut dengan Uttara Mimamsa yaitu penyelidikan yang kedua, karena ajaran ini
mengkaji bagian Weda, yaitu Upanishad. Kata Vedanta berakar kata dari Vedasya
dan Antah yang berarti akhir dari Weda. Sumber ajaran ini adalah kitab
Vedantasutra atau dikenal juga dengan nama Brahmasutra (Aphorisme yang
berhubungan degan Brahman). Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pelopor
ajaran ini adalah Maharsi Vyasa, atau dikenal juga dengan nama Badarayana atau
Krishna Dwipayana.[10]
Brahma Sutra terdiri dari
550 aphorisme dan ringkasan dari filsafat dasar dari Upanishad dalam empat
treatise (Adhyaya). Dengan adanya pandangan dari para cendikiawan, dalam Brahma
Sutra merefleksikan filsafat Chandogya Upanisad lebih dari Upanisad yang lain.
Aphorisme dalam Brahma Sutra sangatlah pendek dan beberapa diantaranya hanya
terdiri dari satu atau dua kata. Aphorisme ini tidak dapat diketahui artinya
tanpa pembahasan. Komentar tradisional yang mengandung dasar dari berbagai
sistem filsafat, yang beberapa diantaranya memberikan interpretasi diametris
yang berlawanan dari sutra kecil yang sama.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Sistem Mimamsa-Vedanta
adalah dua bagian dari satu filsafat yang mewakili unsur paling ortodoks dari
tradisi Weda. Kedua sistem ini menjelaskan perkembangan, tujuan, serta ruang
lingkup teks Weda.
Purva Mimamsa adalah salah satu bagian dari filsafat Sad Darsana,
yang dipopulerkan oleh Rsi Jaimini. Purva Mimamsa berisi penyelidikan ke dalam
bagian yang lebih awal dari kitab suci Veda, suatu pencarian ke dalam
ritual-ritual Veda atau bagian Veda yang hanya berurusan dengan masalah mantra
dan Brahmana saja. Mimamsa bersifat pluralistis dan realistis, serta percaya
adanya jiwa, sorga, neraka dan para dewa. Mimamsa termasuk dalam kelompok
astika yang ajarannya didasarkan sepenuhnya pada kitab suci Veda.
Adapun Wedanta berasal dari
kata “weda” dan “anta”, yang artinya bagian terakhir dari Weda (Uttara Mimamsa)
atau selesainya Weda. Nama ini adalah nama yang diberikan pada ajaran Upanisad.
Upanisad sendiri tidak terorganisasi dan filsafat yang sistematis agar dapat dianalisis
dengan lebih mudah. Wedanta merupakan kesimpulan dan perluasan tafsir Upanisad.
Didirikan oleh Badarayana pada 500 M.
B.
Saran
Demikianlah yang dapat saya paparkan
mengenai materi ini, tenrunya masih banyak kekurangan dan kelemahan, karena
terbatasnya pengetahuan penulis. Saya berharap para pembaca bias member kritik
dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi
penulisnya pada khususnya juga para
pembaca pada umumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
https://faridarien.blogspot.co.id/2012/12/makalah-filsafat-vedanta.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar