MAKALAH
AGAMA HINDU
“Karma Phala”
O L E H :
Nama : Niluh Oktaviani
Kelas : XI.IPA.3
SMA
NEGERI 1 LADONGI
TAHUN
PELAJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR
“Om Swastyastu”
Puja dan puji syukur saya
panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas berkat rahmatnyalah
kami dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Karma Phala”selesai tepat pada waktunya.
Tentu saja dalam penyelesaian
makalah ini saya selaku penulis tidak
lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu saya
sehingga makalah ini dapat kami
selesaikan tepat pada waktunya.
Saya menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu
saya mohon saran dan kritik dari pembaca demi menyempurnakan makalah ini di kemudian hari.Saya berharap makalah yang saya tulis ini bisa menambah pengetahuan
dan pemahaan tentang Karma Phala dan Punarbhawa tersebut. Sehingga bisa menjadi
cerminan diri untuk menjai lebih baik.Tiada Gading Yang Tak Retak, saya mohon
maaf bila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini. Atas kritik dan sarannya saya ucapkan
terima kasih.
“Om Shantih, Shantih, Shantih Om”
Ladongi, Maret 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 1
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Hukum Karma Phala................................................................................... 2
2.2 Wujud Karma Phala.................................................................................... 2
2.3 Macam-macam Karma Phala..................................................................... 3
2.4 Sifat Hukum Karma Phala........................................................................... 5
2.5 Pelaksanaan Karma Phala.......................................................................... 6
2.6 Makna Karma Phala................................................................................... 7
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 9
3.2 Saran........................................................................................................... 9
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Karma Phala merupakan hukum
sebab akibat yang berlaku untuk semua makhluk hidup di Dunia. Hukum ini
merupakan hukum yang terorganisir jauh lebih baik dari pada teknologi, tidak
dapat dihindari dan bersifat Universal(untuk semua makhluk). Pada kehidupan
kita sekarang yang kita bawa merupakan hasil dari karma yang kita lakukan
dikehidupan yang sebelumnya. Rupa muka, Tempat dilahirkan, Keluarga dan Semua
orang yang pernah kita temui merupakan pengaruh karma phala. Baik karma buruk
maupun karma baik ,akan membelenggu erat sang jiwa dalam rantai rantai
baja atau rantai emas. Moksa pun tidak
akan dapt di capai jika pengetahuan tentan sang abadi tidak di miliki
seseorang.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan Latar Belakang di
atas maka dapat di peroleh Rumusan Masalah sebagai berikut:
1. Apa
pengertian dari Hukum Karma Phala?
2. Bagaimana
wujud dari Karma Phala itu?
3. Apa
macam-macam dari Karma Phala itu?
4. Bagaimana
sifat hukum Karma Phala?
5. Apa makna
dari Karma Phala itu?
1.3 Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah:
1. Untuk
mengetahui pengertian dari Karma Phala.
2. Untuk
mengetahui wujud dari Karma Phala.
3. Untuk
mengetahui macam-macam Karma Phala
4. Untuk
mengetahui sifat hukum Karma Phala
5. Untuk
mengetahui makna dari Karma Phala
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hukum Karma Phala
Kata karma brasal dari bahasa
sansekerta yaitu dari akar kata “ Kr “
yang artinya berbuat atau bekerja . Sedangkan Phala artinya hasil jadi Karma
Phala artinya “hasil dari perbuatan . perbuatan trsebut ada yang baik dan adapula
yang tidak baik . Perbuatan baik disebut dengan Subha karma , sedangkan
perbuatan yang tidak baik disebut Asubha karma. Sumber karma ada 3 yaitu :
1. Manah ( pikiran )
2. Wacika (perkataan )
3. Kayika (perbuatan )
Didalam kitab Slokantra di jelaskan “
Karma Phala Ngaran Ika,Phalaning Gawe Hala Hayu “ artinya Karma Phala itu
adalah akibat (phala) dari baik dan buruk suatu perbuatan.Baik perbuatan kita
baik pula hasilnya begitu juga sebaliknya.
Hukum karma phala sejalan dengan hukum sebab
akibat yaitu segala sebab pasti mendatangkan akibat.Demikian juga dengan karma,
setiap karma pasti memiliki phala sehingga erring disebut hukum karma phala.
2.2 Wujud
Karma Phala
Banyak orang menafsirkan
bahwa wujud dari karma phala ( hasil perbuatan ) seseorang adalah berbentuk
materi, seperti kekayaan, kecantikan atau ketampanan, jabatan, kehormatan dan
sebagainya yang semata-mata diukur dari segi materi.
Secara garis besar memang wujud karmaphala ada
dua yaitu berbentuk fisik dan psikis( batin).
Artinya hasil dari perbuatan
tersebut dapat dirasakan secara langsung oleh badan jasmani melalui panca
indria atau juga bisa memberikan suasana batin tertentu pada seseorang.
Contoh:
Jika seseorang pernah berbuat baik misalnya
membantu orang yang jatuh di jalan , suatu saat ketika dia terjatuh di jalan
akan ada orang lain yang menolong. Ini adalah phala secara fisik.
Contoh lain
mungkin ada orang yang suka menipu justru akan membuat hatinya tersiksa
karena selalu was-was, selalu berprasangka bahwa tipu dayanya akan ketahuan
oleh orang lain. Ini berarti secara psikis dia menderita.
Wujud dari karmaphala yang
akan diterima seseorang tidak dapat dipastikan. Artinya hasil karma tersebut
bisa saja berbentuk fisik, atau psikis, ataupun kedua nya yaitu fisik dan
psikis. Demikian pula kapan waktunya
akan diterima seseorang atas perbuatannya juga merupakan rahasia Hyang Widhi.
Yang jelas bahwa karmaphala itu ada dan akan hadir tepat pada waktunya.
Diatas kedua wujud karmaphala
di atas yang terpenting untuk menjadi tolok ukur atas hasil perbuatan seseorang
adalah akibat dari wujud karmaphala tersebut.
Artinya seseorang yang menerima karmaphala baik
berwujud fisik maupun psikis apakah mengakibatkan adanya peningkatan kualitas
sradha atau tidak. Apakah menyebabkan kebahagiaan atau penderitaan?
2.3 Macam-Macam
Karma Phala
a.
Jika dilihat dari segi waktu
hasil karma seseorang maka dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu :
1. Sanchita Karma
2. Prarabdha Karma
3. Kryamana Karma
-
Sancitha karma adalah karma
atau perbuatan yang dilakukan pada masa hidup di dunia baru akan menerima
pahalanya setelah meninggal dunia
-
Prarabdha karma adalah karma
atau perbuatan seseorang yang pahalanya langsung diterima pada kehidupan ini.
-
Kryamana karma adalah pahala
yang diterima seseorang pada kehidupan ini atas hasil dari perbuatan ( karmanya
) pada kehidupan yang lampau.
Meskipun kita menggolongkan
karma tersebut seperti di atas tetapi dalam kenyataan sangat sulit bagi kita
untuk mengidentifikasi setiap karma yang kita terima saat ini. Mengenai kapan
waktu kita akan menerima pahala atas karma yang kita lakukan juga merupakan
rahasia Ida sang Hyang Widhi.
Manfaat kita mengetahui
jenis-jenis karma tersebut adalah untuk meningkatkan sradha dan bhakti kepada
Hyang Widhi. Kita harus yakin bahwa apapun yang kita alami pada kehidupan ini
adalah hasil perbuatan diri sendiri. Bukan karena orang lain. Bisa saja
merupakan pahala atas karma kita pada kehidupan terdahulu, atas pahala atas
karma kita masa kini.
Oleh karena itu yang terbaik
harus dilakukan adalah melaksanakan tugas sebaik-baiknya, selalu berbuat
kebaikan serta tetap yakin dan bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Laksanakan semua kewajiban
sebagai yadnya dan bhakti kepada Ida sang Hyang Widhi. Jika hal itu sudah
dilakukan maka Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik bagi kita. Apa yang
seharusnya kita butuhkan pasti akan terpenuhi, sebagaimana wahyu Beliau dalam
Kitab Bhagawad Gita Bab IX Sloka 22 :
Mereka yang memuja-Ku dan hanya bermeditasi
kepada-Ku saja, kepada mereka yang senantiasa gigih demikian itu, akan Aku
bawakan segala apa yang belum dimilikinya dan akan menjaga yang sudah
dimilikinya
b.
Berdasarkan unsur Triguna;
triguna terdiri atas unsur satwah, rajah, dan tamah. Ketiganya masing-masing
membentuk wikarma, sahaja karma, dan akarma.
-
wikarma: adalah karma yang
dihasilkan dari guna satwah, yang sifatnya satwik. Satwah adalah sifat-sifat
dalam diri manusia yang dipengaruhi secara kuat oleh Dharma.
-
sahaja karma: karma ini
dihasilkan dengan guna rajah, sifatnya disebut rajasik. Sifat ini mengarahkan
dan mempengaruhi manusia sehingga penuh gairah keinginan, terburu-buru, kurang
sabar, dan sebagainya.
-
akarma: sifat tamasik yang
mempengaruhi manusia untuk menghasilkan akarma. Tamasik bisa disejajarkan
dengan kemalasan. Kadang-kadang akarma dikatakan sebagai tidak berbuat. Arti
ini tidak sepenuhnya benar.
c.
Berdasarkan kesucian: atas
dasar kesucian perbuatan, karma dibagi menjadi subha karma dan asubha karma.
-
Subha karma: subha artinya
suci, jadi subha karma adalah perbuatan yang suci, perbuatan baik.
-
Asubha karma: huruf a didepan
kata subha membuat makna penyangkalan. Dengan penyangkalan, muncul makna
sebaliknya dari yang di atas.
d.
Berdasarkan kebenaran: dengan
faktor ini, karma dibagi menjadi sat karma, dush karma, dan mirsa karma
-
Sat karma: adalah karma yang
dilaksanakan dengan dasar Dharma (kebenaran). Semua perbuatan yang berlandaskan
Dharma dianggap sebagai sat karma.
-
Dush karma: kebalikan dari
sat karma disebut dush karma. Dasar perbuatan dush karma adalah yang
bertentangan dengan Dharma, seperti yang berdasarkan kroda, moha, matsarya,
kama, dan sebagainya.
-
Misra karma: campuran antara
sat karma dan dush karma disebut mirsa karma. Manusia pada saat ini, pada zaman
kali yuga ini, umumnya melakukan atau menerima hasil karma ini.
e.
Berdasarkan tri sarira: tri
sarira adalah tiga jenis badan manusia, yakni stula sarira/badan kasar atau
fisik (tangan, kaki, kepala, dsb), suksma sarira atau badan mental, dan badan
penyebab (karana sarira).
-
Karma fisik: jenis karma ini
berakibat pada badan fisik manusia, misalnya saja makan yang kurang teratur
akan menyebabkan tubuh sakit.
-
Karma astral: karma astral
adalah karma yang berasal atau berakibat pada perasaan, misalnya saja ucapan
yang lemah lembut akan berakibat pada perasaan yang akan menjadi senang.
-
Karma mental: badan mental
manusia akab kena pengaruh karma ini. Senantiasa berpikir baik dan positif akan
berakibat pada ketenangan diri, kebahagiaan, kedamaian, kegembiraan, rasa
optimis dan seterusnya.
f.
Berdasarkan hasilnya, phala
atau buah atau hasil suatu karma dibedakan atas dua jenis, yaitu: Vishaya
(Wishaya) karma, dan sreyo karma.
-
Wishaya karma, disebut juga
karma yang mengikat. Keterikatan akan hasil perbuatan adalah wishaya karma.
-
Sreyo karma, adalah
membebaskan diri dari ikatan terhadap hasil perbuatan. Kegiatan yang dilakukan
dengan tanpa berharap akan hasilnya bukan berarti kerja dengan asal-asalan.
2.4 Sifat Hukum Karmaphala
1. Abadi
Keberadaan hukum ini dimulai
pada saat alam semesta ini ada dan akan berakhir pada saat pralaya (kiamat).
Walaupun demikian, tidak ada seorang pun yang tahu kapan penciptaan dan
berakhirnya alam semesta ini. Inilah yang menjadi rahasia Pencipta. Penciptaan
alam semesta bersamaan dengan penciptaan hukum-hukum yang bekerja secara amat
sangat canggiiiih sekali dan memiliki ketepatan yang tiada tara. Hukum
grafitasi diciptakan bersamaan dengan diciptakan-Nya alam semesta. Kebetulan
saja ada mahluk Tuhan yang bernama Isaac Newton yang menggunakan akal/pikiran
dan budinya dengan baik, sehingga berhasil mengungkap “keberadaan” dan “cara
kerja” hukum ini, walaupun sebelumnya pun kalau ada benda yang dilemparkan ke
atas, pasti akan jatuh lagi ke bumi. Lalu manusia lain mengakuinya dan
menamakan hukum ini dengan “hukum Newton”.
2.
Universal
Hukum ini berlaku pada setiap
ciptaan Tuhan,. Di mana pun berada, bagaimanapun wujud ciptaan itu, hukum ini
berlaku baginya. Mempercayai atau tidak mempercayai keberadaan hukum ini, jika
masih berada di alam semesta ini, hukum ini tetap bekerja baginya. Kalau ia
berbuat baik, hasilnya pasti baik juga, dan hasilnya dia juga yang akan
menikmatinya. Kalau sebaliknya, ya demikian juga. Kalau ada anggapan bahwa
hanya kalau berbuat dosa saja kena hukum karma, ya inilah salah kaprah yang
luar biasa.
3. Berlaku
sepanjang zaman:
Pada zaman apa pun hukum ini
tetap berlaku dan tidak mengalami perubahan. Baik pada zaman satya (kerta)
yuga, treta yuga, dwapara yuga, kali yuga hukum ini tetap berlaku. Kalau di
zaman sekarang (yang diidentifikasi sebagai zaman kali, zaman terakhir)
sepertinya hukum karmaphala ini tidak lagi efektif bekerja, ya anggapan itu
keliru lagi. Kalau kelihatan bertentangan, itu hanya penglihatan dan analisis
manusia yang sangat terbatas, yang tidak mampu melintasi dan menggabungkan
berbagai fakta dari zaman lainnya dengan lengkap. Demikian singkatnya
pengetahuan dan pemahaman manusia tak mampu mengungkap lintas zaman tadi,
karena rentang waktunya demikian lamaaaaa sekali, yang ribuan bahkan jutaan
kali rentang umur manusia. Sedangkan pengetahuan tentang diri dan perbuatannya
semasa bayi atau anak-anak saja tak tersimpan lagi di memorinya, bagaimana mau
menyimpan peristiwa lintas zaman?
4.
Sempurna
Karena kesempurnaannya, kerja
hukum ini tak dapat diganggu-gugat, diubah atau dipaksa berubah. Sifatnya
konstan dan tidak berubah dari zaman ke zaman. Hukum ini hanya dapat
“ditaklukkan”dengan cara mengikuti alur kerjanya, diiringi dengan keihklasan
yang dalam. Kalau menurut penglihatan dan analisis manusia, dia menerima hasil
yang tidak sesuai dengan perbuatannya, bisa dipastikan penglihatan dan
analisisnya itu tidaklah lengkap. Kalau rasa-rasanya telah dan selalu berbuat
baik, lalu hidupnya begitu-begitu saja atau malah menderita sepanjang hayat,
mesti ada yang belum terungkap. Ada mata rantai kausalitas yang menyebabkan
demikian. Itulah yang tak mampu dijangkau nalar, pikir, dan budi manusia.
Karena bak iklan sebuah produk, hukum ini mengikuti yang berbuat atau yang
berkarma kapan dan di manapun berada.
2. 5 Pelaksanaan
Karma Phala
Sebagaimana diuraikan
sebelumnya bahwa wujud karmaphala bisa berbentuk fisik bisa juga berbentuk
psikis. Jika karma seseorang harus diterima setelah meninggal dunia maka
atmannya akan menuju sorga atau neraka. Tetapi bagaimana bentuk pahala dari
karma yang harus dinikmati pada kehidupan ini?
Tentu saja akibat karma akan dirasakan oleh seseorang melalui
interaksi dengan lingkungan, baik alam maupun sesama manusia. Pahala karma bisa
saja dirasakan melalui tangan manusia, binatang, tumbuhan, serta bisa juga dari
alam. Sehingga manusia disamping akan menerima pahala atas karmanya, tetapi
juga sebagai alat untuk membalas karma orang lain.
Contoh sederhana mungkin
suatu ketika kita menerima bantuan dari orang lain dimana pada waktu tersebut
kita benar-benar memerlukan pertolongan tersebut. Kejadian ini buakanlah suatu
kebetulan. Itu adalah hasil karma kita yang mungkin kita sudah lupa kapan
melakukannya, sehingga disaat yang tepat kita akan menerimanya. Dalam peristiwa
tersebut yang menjadi alat Tuhan untuk menyampaikan pahala atas karma tersebut
adallah manusia ( orang lain).
Meskipun manusia adalah alat
pembalas karma, bukan berarti dia terbebas atas karma yang diperbuatnya itu
tetapi pahala akan selalu mengikuti karma yang dilakukannya.
Misalkan Andi menolong Budi yang terjatuh dari
sepeda motor. Dalam peristiwa tersebut Budi menerima pahala dalam bentuk
pertolongan dari Andi, pahala tersebut mungkin saja atas kebaikan Budi di waktu
lalu Dalam kasus ini Andi adalah sebagai alat pembalas karma perbuatan Budi di
masa lalu. Meskipun Andi sebagai alat , atas perbuatannya menolong budi dia
juga akan mendapat pahala atas karma tersebut.
Jadi setiap peristiwa karma
yang melibatkan lebih dari satu orang maka dalam peristiwa tersebut ada dua
jenis proses karma yang terjadi yaitu ada pihak yang menerima hasil karmanya
dan ada orang yang yang berkarma dimana hasilnya belum diketahui kapan akan
diterima.
Demikian pula alam bisa saja
sebagai alat pembalas karma. Bencana alam bukanlah hukuman Tuhan, tetapi semua
itu akibat perbuatan manusia sendiri.
2.6 Makna
Karma Phala
`Karma (kerja/gerak) meninggalkan Karma
Wasana (bekas-bekas gerak) yang kelak timbul menjadi Karma Phala yaitu hasil
dari perbuatan yang akan menentukan baik dan buruk penjelmaan kita di masa yang
akan datang. Hal ini dapat kita ketahui
dari adanya kelahiran orang pandai, bodoh, tampan/cantik, jelek, normal, cacat,
kaya, miskin dan sebagainya, itu adalah disebabkan oleh adanya Karma yang baik
(Ḉubhakarma) dan Karma yang tidak baik/buruk (Aḉubhakarma) yang telah
dilakukannya pada penjelmaan terdahulu.
Kita percaya, bahwa segala
perbuatan (Karma) akan memperoleh hasil (Phala/Phahala) dan tiap hasil yang
kita peroleh tergantung dari baik dan buruk dari perbuatan yang kita
perbuat. Oleh karena itu, jika ingin
menjadi manusia yang baik dan sempurna, berbuatlah baik sekarang juga, agar
sekala (nyata) dan niskala (tidak nyata) serta kemudian menjadi manusia utama,
sehingga Sang Hyang Atma (Rokh) memperoleh tempat yang baik. Dalam buku Sarasamuscaya Bab XI,12) disebutkan :
Kang ḉubha
karma panenta sakna
ring aḉubha kharma phalaning
ring wong
Artinya
: Perbuatan yang baik itu adalah alat untuk menebus perbuatan yang tidak baik
(dosa), yang patut dilaksanakan oleh setiap orang.
·
Jadi disini dikatakan, bahwa perbuatan yang tidak baik (dosa) hanya
dapat ditebus dengan perbuatan yang baik, karena tidaklah ada suatu alasan bagi
manusia untuk menebus dosanya dengan uang (materi). Kalau toh ini mungkin ini hanya berlaku dalam
alam dunia (sekala/duniawi/kemanusiaan), ilustrasi ini dapat diambil dari
Wayang Cenk-Blonk
”Gatokaca Anggugah” tentang Cerita Atman Pranda yang ngotot supaya
mendapatkan Sorga (Percakapan Tuwalen/Penakawan vs Pak Sokir/Petani miskin yang
memperoleh Sorga), di alam sekala kesalahan/dosa kita bisa beli dengan menyogok
sehingga kita terbebas dari jeratan hukum, tetapi alam niskala tetap akan
menuntut kita berdosa dan tetap akan memperoleh pahala/hasil yang dinamakan
neraka.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Karma Phala merupakan hukum
sebab akibat yang berlaku untuk semua makhluk hidup di Dunia. Hukum ini
merupakan hukum yang terorganisir jauh lebih baik dari pada teknologi, tidak
dapat dihindari dan bersifat Universal(untuk semua makhluk). Dan punarbawa
merupakan merupakan bagian dari Panca Sradha.Punarbhawa merupakan kelahiran
kembali makhluk hidup ke dunia yang di sebab kan oleh karma manusia itu
sendiri. Jika dalam kehidupan terdahulu karma seseorang baik maka dia pun akan
terlahir kembali/merenkarnasi dalam kehidupan yang baik dan berada pada tingkat
yang lebih tinggi pula.
3.2
Saran-Saran
Demikianlah yang dapat saya
paparkan mengenai materi ini, tenrunya masih banyak kekurangan dan kelemahan,
karena terbatasnya pengetahuan penulis. Saya berharap para pembaca bias member
kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya makalah ini dan
penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulisnya pada khususnya juga
para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kharmaphala.com
https://www.google.com
Suratmini, Ni Wayan (2012).Buku Penunjang
Materi Agama Hindu.denpasar:Tri Agung
Mudana, I Nengah (2011). Widya Kusuma
Pendidikan Agama Hindu.denpasar:Sri Rama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar