MAKALAH
“Hari Raya Nyepi”
O l e h :
Gusti
Agung Andriana
Kelas
: XI. IPS.1
SMA
NEGERI 1 LADONGI
TAHUN
PELAJARAN 2015/2016
KATA
PENGANTAR
Om Swastyastu,
Atas Asung Kertha Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa)
saya telah dapat menyusun/menyelesaikan makalah Agama Hindu ini. Adapun tujuan
judul makalah yang kami sajikan ini adalah “ Hari Raya Nyepi”.
Semoga kehadiran makalah ini akan memberikan
nuansa baru dalam pengajaran khususnya agama Hindu. Sudah tentu kehadiran
makalah ini banyak terdapat kelemahan dan kekurangannya. Tegur sapa dan kritik
yang membangun sangat saya harapkan demi sempurnanya makalah ini semoga
bermanfaat bagi kita semua.
Om Santi Santi Santi Om.
Ladongi, Maret 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang .......................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C.
Tujuan ....................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Nyepi....................................................................................... 2
B.
Sejarah Hari Raya Nyepi............................................................................ 2
C.
Rangkaian Pelaksanaan Hari Raya Nyepi................................................... 3
D.
Makna Hari Raya Nyepi.............................................................................. 6
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan................................................................................................. 7
B.
Saran.......................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hari Raya
Nyepi adalah hari pergantian tahun Saka (Isakawarsa).
Perayaan hari tahun baru saka yang jatuh pada penanggal apisan sasih Kedasa
(eka sukla paksa Waisak) sehari setelah tilem Kesanga (panca dasi Krsna Paksa
Caitra). Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi,
senyap). Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan
penanggalan/kalender caka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Tidak seperti
perayaan tahun baru Masehi, Tahun Baru Saka di Bali dimulai dengan menyepi.
Tidak ada aktivitas seperti biasa. Semua kegiatan ditiadakan, termasuk
pelayanan umum, seperti Bandar Udara Internasional pun tutup, namun tidak untuk
rumah sakit.
Sekarang
diceritakan tentang keadaan sebelum Masehi, yaitu para penguasa (Raja) yang
silih berganti di India oleh berbagai suku, yaitu: Pahlawa, Yuehchi, Yuwana,
Malawa, dan Saka. Diantara suku-suku itu yang paling tinggi tingkat
kebudayaanya adalah suku Saka. Ketika suku Yuehchi di bawah Raja Kaniska
berhasil mempersatukan India maka secara resmi kerajaan menggunakan sistem
kalender suku Saka. Keputusan penting ini terjadi pada tahun 78 Masehi. Sejak
itu sistem kalender Saka digunakan terus menerus hingga saat ini yang disebut
Tahun Saka. Itulah sebabnya sistem kalender Hindu “seolah-olah terlambat” 78
tahun dari kalender Masehi.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian Nyepi?
2.
Bagaimana sejarah Hari Raya Nyepi?
3.
Bagaimana rangkaian pelaksanaan Hari
Raya Nyepi?
4.
Apa makna Hari Raya Nyepi?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian Nyepi
2.
Untuk mengetahui sejarah Hari Raya Nyepi
3.
Untuk mengetahui rangkaian pelaksanaan Hari
Raya Nyepi
4.
Untuk mengetahui makna Hari Raya Nyepi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Nyepi
Pengertian Nyepi berasal
dari kata sepi, simpeng atau hening. Sedangkan hari raya Nyepi adalah hari raya
suci Agama Hindu yang berdasarkan sasih atau bulan dan tahun masehi yang
dirayakan dengan penuh keheningan dengan menghentikan segala aktifitas yang
bersifat duniawi maupun dalam bentuk keinginan dan hawa nafsu. Berusaha
mengendalikan diri agar dapat tenang dan damai lahir bathin dengan menjalankan
catur brata penyepian. Hal ini dapat diatur sesuai dengan keperluan. Dasar
pemikiran adalah bahwa hari raya Nyepi dikenal dengan sebagai tahun baru saka.
Kenapa disebut tahun baru saka. Untuk dapat kita simak dalam sejarah lahirnya
tahun saka. Tahun saka juga disebut saka warsa. Warsa artinya tahun sedangkan
saka adalah nama keluarga raja yang terkenal di India yang menciptakan
kedamaian rakyat. Centarna demikian : Pada tahun 78 Masehi di India dinobatkan
seorang raja bernama Kaniska. Raja Kaniska sangat terkenal dibidang pembinaan
Agama dan kebudayaan. Beliaulah yang membuat tahun saka pertama kali dan
berkembang sampai ke Indonesia. Pada kepeminpinan beliau perkembangan Agama dan
kebudayaan sangatlah baik yang menyebabkan pemeluk merasa damai.
B.
Sejarah
Hari Raya Nyepi
Kondisi India sebelum
Masehi, diwarnai dengan pertikaian yang panjang antara suku banggsa yang
memperebutkan kekuasaan sehingga penguasa (Raja) yang menguasai India silih
berganti dari berbagai suku, yaitu: Pahlawa, Yuwana, Malawa, dan Saka. Diantara
suku – suku itu yang paling tinggi tingkat kebudayaannya adalah suku Saka.
Ketika suku Yuechhi di bawah Raja Kaniska berhasil mempersatukan India maka secara
resmi kerajaan menggunakan system kalender suku Saka. Keputusan penting
ini terjadi pada tahun 78 Masehi. Pada tahun 456 M (atau Tahun 378 S), datang
ke Indonesia mendarat di pantai Rembang (Jawa Tengah) dan mengembangkan Agama
Hindu di Jawa. Ketika Majapahit berkuasa, (abad ke – 13) sistem kalender tahun
saka dicantumkan dalam Kitab Nagara Kertagama. Sejak saat itu Tahun Saka resmi
digunakan di Indonesia. Masuknya agama Hindu ke Bali kemudian disusul
oleh penakukan Bali oleh Majapahit pada abad ke 14 dengan sendirinya membakukan
system Tahun Saka di Bali hingga sekarang. Perpaduan budaya (alkulturasi) Hindu
India dengan kearifan local budaya Hindu Indonesia (Bali) dalam perayaan Tahun
Baru Caka inilah yang menjadikan pelaksanaan Hari Raya Nyepi unik seperti saat
ini.
C.
Rangkaian
Pelaksanaan Hari Raya Nyepi
Perayaan Nyepi terdiri dari
beberapa rangkaian upacara yaitu:
1.
Melasti
berasal dari kata Mala = kotoran/ leteh, dan Asti = membuang/ memusnakan.
Melasti merupakan rangkaian upacara Nyepi yang bertujuan untuk membersihkan
segala kotoran badan dan pikiran (buana alit), dan amertha) bagi
kesejahtraan manusia. Pelaksanaan melasti ini biasanya dilakukan dengan membawa
arca, pretima, barong yang merupakan simbolis untuk memuja manifestasi Ida Sang
Hyang Widhi Wasa diarak oleh umat menuju laut atau sumber air untuk memohon
pembersihan dan tirta amertha (air suci kehidupan). Seperti dinyatakan dalam Rg
Weda II. “ Apam napatam paritastur apah”
yang artinya “Air yang berasal dari mata air dan laut mempunyai kekuatan untuk
menyucikan. Selesai melasti Pretima, Arca, dan Sesuhunan Barong biasanya
dilinggihkan di Bale Agung (Pura Desa) untuk memberkati umat dan pelaksanaan
Tawur Kesanga.
2.
Tawur
Agung/Tawur Kesanga atau Pengerupukan dilaksanakan sehari
menjelang Nyepi yang jatuh tepat pada Tilem Sasih Kesanga. Pecaruan atau Tawur
dilaksanakan catuspata pada waktu tengah hari. Filosofi Tawur adalah sebagai
berikut tawur artinya membayar atau mengembalikan . apa yang dibayar dan
dikembalikan? Adalah sari – sari alam yang telah dihisap dan digunakan manusia.
Sehingga terjadi keseimbangan maka sari – sari alam itu dikembalika dengan
upacara Tawur/Pecaruan yang dipersembahkan kepada Butha sehingga tidak
mengganggu manusia melainkan bisa hidup secara harmonis (Butha Somya). Filosofi
tawur dilaksanaka pada catuspata menurut Perande Made Gunung agar kita selalu
menempatkan diri ditengah alias selalu ingat akan posisi kita, jati diri kita,
dan perempatan merupakan lambing tapak dara, lambang keseimbangan, agar kita
selalu menjaga keseimbanga dengan atas (Tuhan), bawah (Alam Lingkungan), kiri
kanan (Sesama Manusia). Setelah Tawur pada catuspata, diikuti oleh upacara
pengerupukan, yaitu menyebar – nyebar nasi tawur, mengobor – obori rumah dan
seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesui, serta memukul
benda apasaja (biasanya kentongan) hingga bersuara ramai/gaduh. Pada malam
pengerupukan ini, di bali biasannya tiap desa dimeriahkan dengan adanya Ogoh –
Ogoh yang diarak keliling desa disertai dengan berbagai suara mulai dari
kulkul, petasan dan juga keplug – keplugan yaitu sebuah bom khas bali yang
mengeluarkan suara keras dan menggelegar seperti suara bom yang dihasilkan dari
proses gas karbit dan air yang dibakar mengeluarkan suara ledakan yang
menggelegar. Ogoh – Ogoh umumnya berwajah seram yang melambangkan Butha Kala,
juga menunjukan kreatifitas orang Bali yang luar biasa terkenal dengan
budayanya.
Nyepi jatuh pada Penanggal
Apiisan Sasih Kedasa (Tanggal 1 Bulan ke 10 Tahun Caka). Umat Hindu merayakan
Nyepi selama 24 jam, dari matahari terbit (jam 6 pagi) sampai jam 6 pagi
besoknya. Umat diharapkan melaksanakan Catur Brata Penyepian yaitu:
a.
Amati Geni
Tidak boleh menyalakan api. Amati geni
mempunyai makna ganda yaitu tidak melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan
menghidupkan api. Disamping itu juga merupakn uopaya mengendalikan sikap
perilaku agar tidak dipegaruhi oleh api amarah (kroda) dan api serakah (loba).
Menurut Tattwa Hindu (filsafat) yang memakai symbol Geni tidak disimbolkan
sebagai kekuatan Dewa Brahma yang sebagai pencipta. Penciptaan terkait denga
hasil pemikiran seseorang disisni perlu diadakannya perenungan, apakah kita
sudah menghasilkan pemikiran untuk kebaikan umat ataukah sebaliknya. Pernyataan
tersebut terungkap dalam berbagai Pustaka Suci Hindu yang menyatakan bahwa
“Keunggulan mnausia sebagai mahluk ciptaan Tuhan, terletak pada proses
pemikiran seseorang yang dapat membedakan sikap perilaku yang baik dan buruk
(Sarasmuscaya : Sloka 82). Alat kendali proses berpikir paling utama menurut
ajaran Agama Hindu adalah keyakinan terhadap karma phala (Sarasmuscaya :
Sloka 74). Mengacu pada etika Berata Penyepian diatas sudah menampakan
pelaksanaan amati Geni merupakan suati symbol pengendalian diri.
b.
Amati Lelanguan
Artinya tidak boleh bersenang – senang.
Amati lelanguan yang dimaksud merupakan kegiatan seseorang mulat sarira atau
nawas diri terhadap kegiatan yang berkaitan dengan wacika. Wacika adalah
perkataan yang benar yang dalam ineraksi dengan sesame maupun dengan Tuhan
sudah dilaksanakan atau belum. Menurut tattwa Hindu dalam pustaka suciyang
terungkap dalam Sarasamuscaya dan Kekawin Nitisastra mengajarkan sebagi
berikut:
1.
Kata – kata menyebabkan sukses dalam hidup;
2.
Kata – kata menyebabkan orang gagal dalam hidup;
3.
Kata – kata menyebabkan orang mendapat hasil sebagai sumbu kehidupan dan
4.
Kata – kata menyebabkan orang memiliki relasi.
c.
Amati Karya
Artinya tidak boleh bekerja. Amati
karya sebagai etika Nyepi yang bermaknakan sebagai evaluasi diri dalam kaitan
dengan karya (kerja) merenung hasih kerja dalam setahun dan sesebelumnya
sudahkah bermanfaat bagi kehidupan manusia. Aktualialisasi amati karya dalam
konteks hari raya merupakan perenungan pikiran yang religious yang mengajarkan
umat Hindu dalam evaluasi hasil kerja sebagai berikut, yaitu sisihkan hasil
kerja untuk yadnya,
Ø
Untuk Hyang Widhi
Ø
Untuk Rsi
Ø
Untuk Leluhur maupun
Ø
Untuk Budhi.
Hal tertera dalam pustaka suci Atharwa
Weda III. 24.5 dan Sarasamuscaya Sloka 262, yadnya itu merupakan implementasi
dari ajaran Tri Rna. Diajarkan pula melalui yadnya dapat terjadi proses
penyucian diri manusia baik secara rohani maupun jasmani.
Amati karya bermakna gada yang artinya
tidak bekerja dimaknai sebagai kesempatan untuk mengevaluasi kerja kita ap[akah
aktifitas kerja itu sudah berlandaskan dharma atau sebaliknya. Kerja yang baik
(subha karma) dapat menolong manusia terhindar dari penderitaan. Berdasarakan
uraian diatas ajaran agama Hindu memandang kerja sebagai yadnya dan titah Hyang
Widhi.
d.
Amati Lelungan
Artinya tidak boleh bepergian. Amati
lelungan merupakan salah satu dari empat brata penyepian yang berpunsi sebagai
evaluasi diri dan sebagai sumber pengendalian diri. Amati lelengan berarti
menghentikan bepergian ke luar rumah, maka pada saat Nyepi jalan raya sangat
sepi. Dalam konteks yang lebih luas berarti evaluasi diri. Evaluasi kerja
berhubungan dengan Tuhan, sesama, dan alam sekitar apakah sudah baik atau
belum, sehingga kita dapat menilai hasil kerja seobyetif mungkin. Mutu
meningkat untuk kebaikan atau merosot, langkah selanjutnya bisa menentukan
sikap. Diharapkan agar lebih memantapkan kualitas kerja untuk hidup manusia.
3.
Ngembak
Geni
berasal dari kata ngembak yang berarti mengalir dan geni yang berarti api yang
merupakan symbol dari Brahma (Dewa Pencipta) maknanya pada hari ini tapa berate
yang kita laksanakan selama 24 jam (Nyepi) hari ini bisa diakhiri dan kembali
beraktifitas seperti biasa, memulai hari yang baru untuk berkarya dan mencipta
alias berkreatifitas kembali sesuai swadharma/kewajiban masing – masing.
Ngembak geni biasanya diisi dengan kegiata mengunjungi kerabat atau saudara
untuk bertegur sapa dan bermaaf – maafan.
D.
Makna Hari
Raya Nyepi
Jika kita renungi secara
mendalam perayaan Nyepi mengandung makna dan tujuan yang sangat dalam dan
mulia. Seluruh rangkaian Nyepi merupakan sebuah dialog spiritual yang dilakukan
umat Hindu agar kehidupan ini seimbang dan harmonis sehingga ketenagan dan
kedamaian bisa terwujud. Mulai dari Melasti adalah dialog manusia dengan Sang
Pencipta serta para leluhur. Tawu Agung dengan segala rangkaiannya merupakan
dialog manusia denagan mahluk cptaan Tuhan lainya untuk menyucukan Buana Alit
dan Buana Agung. Pelaksanaan Catur Berata Penyepian merupakan dialog sang Atman
dan Paramatma. Dalam diri manusia ada atman yang bersumber dari Sang Pencipta.
Dan Ngembak Geni dengan Dharma Santhinya merupakan dialog spiritual atar sesame
manusia untuk menjaga keharmonisan dan kedamaian hidup.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan uraian diatas,
pembahasan mengenai Makna Etika Upacara Nyepi Bagi Pengendalian Diri adalah
sebagai berikut:
1. Hari
raya Nyepi merupakan salah satu hari raya yang digunakan sebagai penentu jati
diri umat Hindu karena hanya hari raya inilah yang diakui oleh pemerintah.
2. Catur
Brata Penyepian merupakan etika Nyepi yang dapat digunakan sebagai evaluasi
diri dan pengendalaian diri.
3. Aspek
theology Nyepi merupakan pengewantahan dari moral umat yang mampu.
4. Catur
Brata Penyepian merupakan perenungan untuk evaluasi kerja kita selama setahun
dan mampu untuk mengendalikan pikiran dan mengendalikan diri.
5. Kemampuan
untuk pengendalian diri berarti perlu suatu jalan untuk mengatasi permasalahan
hidup, jalan untuk penyucian manacika, wacika, dan kayika akhirnya mampu
mewujudkan “Jagadhita ya ca iti dharma”.
B.
Saran
Saran yang saya ajukan
mengenai tata cara pelaksanaan Nyepi yang dapat dilaksanakan oleh umat Hindu di
seluruh Indonesia yaitu:
1. Disarankan
dalam melaksanakan Catur Berata Penyepian agar melaksanakan secara hikmat dan
khusuk.
2.
Dalam melaksanakan hari raya Nyepiu disarankan agar seluruh umat Hindu tidak
melanggar Catur Berata Penyepian.
3. Disarankan
bagi umat lain selain umat Hindu agar menghargai pelaksanaan hari raya Nyepi di
Bali pada khususnya dan di seluruh Indonesia pada umumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
https://wayantarne.blogspot.co.id/2014/10/sejarah-dan-makna-hari-raya-nyepi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar