MAKALAH
AGAMA HINDU
“Dasa Mala”
Oleh Kelompok :
1.
Made Putra Arimbawa
2.
Nyoman Endra Yasa
Kelas
: X
SMA
NEGERI 1 POLI-POLIA
TAHUN
PELAJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR
Asung Kerta Wara
Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas Karunia-Nyalah kami dapat
menyusun makalah Pendidikan Agama Hindu ini yang kami beri judul tentang “Dasa Mala”.
Kami menyadari
bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak memiliki kekurangan. Maka
dengan rendah hati kami mengharapkan kritikan dan saran dari teman-teman atau
guru bidang studi yang sudah membaca makalah ini, karena saran dari guru bidang
studi dan teman-teman akan kami jadikan sebagai motivasi untuk menyempurnakan
makalah yang akan kami buat selanjutnya.
Poli-Polia, Februari 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Dasa Mala................................................................................ 2
2.2 Bagian-bagian Dasa Mala.......................................................................... 2
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................ 5
3.2 Saran.......................................................................................................... 5
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dasa Mala merupakan sumber dari kedursilaan, yaitu bentuk
perbuatan yang bertentangan dengan susila, yang cenderung kepada kejahatan.
Semua perbuatan yang bertentangan dengan susila hendaknya kita hindari dalam
hidup ini agar terhindar dari penderitaan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, adapun
yang menjadi rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini, sebagai berikut :
- Apa Pengertian Dasa Mala?
- Apa Bagian-bagian Dasa Mala?
1.3 Tujuan
Adapula tujuan lain penulis dalam
pembuatan makalah ini adalah, sebagai berikut :
- Untuk mengetahui Pengertian
- Untuk mengetahui Bagian-bagian Dasa Mala
BAB II
PEMBAHASAN
1.1
Pengertian Dasa Mala
Dalam Kitab Bhagawadgita telah disebutkan bahwa pada
dasarnya kecederungan budhi manusia ada dua jenis yaitu Daiwa Sampad dan Asuri
Sampad. Asuri sampad adalah kecenderungan-kecenderungan untuk berbuat tidak
baik (Asubha Karma). Banyal perilaku yang tidak baik yang perlu kita hindari,
dan bahkan dalam ajaran agama Hindu perbuatan-perbuatan yang tidak baik
digolongkan Adharma dan merupakan musuh dalam diri manusia. Ada beberapa
kelompok musuh di dalam diri manusia yaiti : Tri Mala, Sad Ripu, Sad Atatayi,
Sapta Timira dan Dasa Mala. Dasa Mala adalah sepuluh macam sifat-sifat yang
kotor/tidak baik, yang perlu kita hindari karena tergolong Asubha Karma.
Dasa Mala merupakan sumber dari kedursilaan, yaitu bentuk
perbuatan yang bertentangan dengan susila, yang cenderung kepada kejahatan.
Semua perbuatan yang bertentangan dengan susila hendaknya kita hindari dalam
hidup ini agar terhindar dari penderitaan.
1.2
Bagian-Bagian Dasa Mala
Adapun pembagian dari Dasa Mala tersebut adalah sebagai
berikut :
a) Tandri artinya yang malas, suka
makan dan tidur saja, tidak tulus, hanya ingin melakukan kejahatan sikap malas
adalah sikap yang dibenci oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena sikap ini
merupakan pintu penghalang untuk mencapai tujuan hidup. Misi kita hidup ke
dunia ini adalah melakukan kerja. Jika ada orang yang lahir ke dunia ini tidak
mau melakukan pekerjaan (malas) mala sia-sialah dia hidup, ia tidak akan bisa
mencapai Kesempurnaan hidup. Hilangkan sifat bermalas-malas karena tidak
ada tujuan yang dapat dicnapai dengan hanya berdiam diri, bahkan sifat malas
akan makin menjauhkan Atma dengan Paramatma. Oleh karena itu hilangkanlah sifat
malas itu lakukanlah tugas dan kewajiban sehingga kita bisa mencapai tujuan
yang diinginkan.
b) Kleda artinya berputus asa, suka
menunda dan tidak mau memahami maskud orang lain. Sifat putus asa, suka
menunda-nunda suatu pekerjaan tergolong sikap yang didominasi oleh sifat-sifat
tamas. Orang yang dalam kehidupannaya lebih banyak dikuasai oleh sifat-sifat
tamas akan menyebabkan Atma jatuh ke alam neraka. Apabila sifat tamas ini lebih
unggul dari sattwam dari rajas, maka Atma akan menjelma menjadi binatang dan
tumbuh-tumbuhan. Oleh karena kleda ini merupakan penghapang untuk maju/untuk
mencapai Kesempurnaan hidup, maka kita harus mengendalikannya. Jangan
cepat terputus asa dalam melakukan pekerjaan, jangan suka menunda-nuda waktu
untuk melakukan tugas dna kewajiban karena hidup kita hanya sebentar.
c) Leja artinya berpikiran gelap,
bernafsu besar dan gembira melakukan kejahatan. Pikrian paling menentukan
kualitas perilaku manusia dalam kehidupan di dunia ini. Pikirkanlah yang
mengatur gerak sepuluh indria sehingga disebut Raja Indria. Kalai Raja Indria
tidak baik maka indria tidak baik maka indria yang lain pun menjadi tidak baik
pula. Oleh karena itu marilah jaga kesucian pikiran kita jangan sampai ternoda
dan menjadi gelap. Pikiran gelap, pikiran yang dikuasai oleh gejolak hawa nafsu
sangat merugikan diri kita maupun orang lmain. Upayakan untuk menjaga pikiran
agar tidak gelap/tidak dikuasai oleh hawa nafsu. Ada tiga cara untuk menjaga
kesucian pikiran yaitu :
1.
Si tan engin adengkya ri drbyaning len, artinya tidak
menginginkan milik orang lain.
2.
Si tan krodha ring sarwa sattwa, artinya tidak membenci
semua mahluk.
3.
Si mamituha ring haning karmaphala, artinya orang yang amat
yakin pada kebenaran hukum karmaphala.
d) Kitula artinya menyakiti orang lain,
pemabuk dan peniru
Menyakiti dan membunuh mahluk lain,
lebih-lebih manusia merupakan perbuatan yang bertentangan dengan ajaran agama.
Kutila juga berarti pemabuk. Orang yang suka mabuk maka pikirannya akan menjadi
gelap. Pikiran yang gelap akan membuat orang tersebut melakukan hal-hal yang
bersifat negatif termasuk menyakiti orang lain, menipu dan sebagainua. Di dalam
pergaulan ini akan membawa pahala buruk baik pada kehidupan sekarang maupun
pada kehidupan yang akan datang. Oleh sebab itu marilah kita ubah himsa karma
menjadi ahimsa karma. Ahimsa (tanpa kekerasan) berarti menghilangkan yang
menyebabkan mahluk lain menderita, agar kehidupan kita menjadi tenang, tentram
dan bahagia.
e) Kubaka artinya pemarah, suka mencari-cari
kesalahan orang lain, berkata sembarangan dan keras kepala. Bila kita emosi
atau marah, kita mengeluarkan cairan adrenalin dalam darah kita. Ini memiliki
pengaruh penurunan kekebalan pada badan kita sehingga kita akan menjadi sakot.
Sebaliknya bila kita dipenuhi dengan kasih sayang dan kedamaian dalam pikiran,
maka kita akan mengeluarkan cairan endorfin yang dapat menambah sistem kekebala
tubuh sehingga dapat mencegah penyakit. Kita harus mengatasi kemarahan dan
kebencian yang ada dalam diri kita dengan mengendalikan emosi sehingga
kedamaian hidup dapat tercapai.
f) Metraya adalah suka berkata menyakiti hati,
sombong, irihati dan suka menggoda istri orang lain. Perkataan yang diucapkan
dengan maksud jahat akan dapat menyakiti orang lain bahkan bisa menyebabkan
kematian baik kepada orang lain maupun kepada diri sendiri (Wasita nimittanta
pati kepangguh). Oleh sebab itu martilah kendalikan kata-kata kita agar
terdengar manis dan mengejutkan, lemah-lembut, ospan, sehingga dapat menyenangkan
orang lain dan diri sendiri (Wasita nimittanta manemu laksmi. Ada empat macam
pengendalian kata-kata yaitu :
1.
Tidak suka mencaci maki
2.
Tidak berkata kasar pada orang lain
3.
Tidak memfitnah
4.
Tidak ingkar janji (tidak berbohong)
g) Megara artinya berbuat jahat, berkata
manis tetapi pamrih. Perbuatan jahat tergolong asubha karma dan
perbuatan ini akan merupakan penghalang untuk mencapai tujuan rohani.
Ada tiga macam pengendalian
perbuatan agar tercapai tujuan keharmonisan, yaitu :
1.
Tidak menyiksa/membunuh mahluk lain
2.
Tidak melakukan kecurangan terhadap harta benda orang lain
(tidak mencari)
3.
Tidak berzina
h) Ragastri artinya bernafsu dan suka
memperkosa
Ragasti merupakan sifat-sifat yang
bertentangan dengan ajaran agama. Sifat-sifat seperti itu sifat-sifat asuri
sempat/sifat-sifat keraksasaan. Memperkosa kehormatan orang lain adalah
perbuatan terkutuk dan hina. Sifat-sifat suka memperkosa harus dihindari untuk
menjaga agar tidak terjadi kemerosotan moral. Jika ragastri dibiarkan maka akan
menambah banyak terjadi perbuatan tuna susila.
i)
Bhaksa Bhuana artinya suka menyakiti orang lain, penipu, dan hidup
berpoya-poya.
Berpoya-poya berarti mempergunakan
harta melebihi batas normal. Hal ini tidak baik dan melanggar dharma, yang
dapat berakibat tidak baik pula. Sering kita lihat di masyarakat , bahwa
kekayaan yang berlimpah jika penggunaannya tidak didasari oleh dharma pada
akhirnya justru menyebabkan orang akan masuk neraka, seperti mabuk, mencari
wanita penghibur dan sebagainya, selain menuntun budi pekerti kita berpla hidup
sederhana akan bisa juga meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan baik lahir
maupun batin.
j)
Kimharu artinya penipu dan pencuri terhadap siapa saja tidak pandang
bulu, pendengki dan irihari. Sifat dengki dari iri hati merupakan salah satu
sifat yang kurang baik (Asubha Karma). Sifat Ini patut dihilangkan dari diri
seseorang itu. Bahkan saking kuatnya sifat dengki dan iri hati bercokol pada
diri seseorang, diperlukan upaya yang kuat pula untuk mengalahkannaya. Karena
itu dia katakana sebagai salah satu musuh dalam diri manusia out. Ingat Sadi
Ripu (musuh yang enam jumlahnya dalam diri manusia itu, yang patut dikalahkan
yaitu, Kama, Loba Krodha, Mada, moha dan Matsarya). Matsarya adakah sifat
dengki dan iri hati juga termasuk salah satu sifat kurang simpatik tetapi juga
kurang baik. Bisa juga tidak etis.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setiap agama di
dunia ini pasti mempunyai tempat suci untuk beribadah. Banyak tempat beribadah
di bangun untuk di buat memuja Tuhan. Pura merupakan tempat suci bagi Umat
Hindu. Pada mulanya istilah Pura yang berasal dari kata Sanskerta itu. Sebelum
dipergunakan kata Pura untuk manamai tempat suci atau tempat pemujaan
dipergunakanlah kata “Kahyangan atau Hyang”. berarti kota atau benteng yang
sekarang berubah arti menjadi tempat pemujaan Hyang Widhi.
B.
Saran
Demikian makalah ini dibuat. Kritik
dan sarannya sangat saya harapkan demi perbaikan makalah ini selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://aryakus.wordpress.com/2012/04/16/makalah-tentang-susila-3/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar