MAKALAH
PENJASKES
“Olahraga Gulat”
DI
S
U
S
U
N
O l e h
:
Gusti
Ayu Made Sukrayanti
KELAS
: XI. IPA
SmA negeri 1 POLI-POLIA
TAHUN
PELAJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala rahmat
serta hidayahnya sehingga kami sapat menyelesaikan makalah ini yang dapat
dijadikan acuan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan. Adapun judul
makalah ini adalah “Olahraga Gulat”.
Terima kasih
saya ucapkan kepada guru dan teman kami yang telah membimbing kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi setiap
pembaca.
Kritik dan saran
sangat kami harapkan dari setiap pembaca guna perbaikan dalam makalah
berikutnya.
Poli-Polia, Mei
2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR .................................................................................................... i
DAFTAR
ISI................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Gulat.............................................................................................. 2
B. Perkembangan Gulat di Indonesia............................................................. 9
C. Peraturan Pertandingan Gulat................................................................... 10
D. Gaya yang dipertandingkan dan kelasnya................................................ 13
E. Analisa Gerakan Pada Cabang Olahraga
Gulat........................................ 23
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................... 29
B. Saran......................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gulat merupakan
salah satu cabang olahraga beladiri individu yang berasal dari yunani-romawi.
Olahraga gulat indentik dengan dua orang yang saling berhadapan dan berusaha
untuk mengungguli lawanya dengan cara menarik, mendorong, membanting, menjegal,
dan mengunci sampai punggung lawan menempel di atas matras. Ada dua gaya yang
dipertandingkan olahraga gulat yaitu gaya Bebas (Freestyle) dan gaya Romawi
Yunani (Greeco Roman).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan
masalah dari makalah yang kami buat ini adalah :
1.
Bagaimana sejarah gulat?
2.
Bagaimana Perkembangan Gulat di Indonesia?
3.
Bagaimana Peraturan Pertandingan Gulat?
4.
Bagaimana Gaya yang dipertandingkan dan kelasnya?
5.
Bagaimana Analisa Gerakan Pada Cabang Olahraga
Gulat?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui sejarah gulat
2.
Untuk mengetahui Perkembangan Gulat di Indonesia
3.
Untuk mengetahui Peraturan Pertandingan Gulat
4.
Untuk mengetahui Gaya yang dipertandingkan dan kelasnya
5.
Untuk mengetahui Analisa Gerakan Pada Cabang
Olahraga Gulat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Gulat
Gulat selalu
menjadi olahraga yang sangat populer dalam seluruh sejarah manusia. Asal usul
gulat dapat di telusuri kembali sejak 15.000 tahun yang lalu melalui gambar di
sebuah gua di perancis. Sebuah Relief yang terdapat dalam mitologi bangsa
Babilonia dan mesir menunjukan aktivitas dan teknik-teknik para pegulat,
sehingga diketahui semua orang saat ini.
Dalam tradisi
barat, referensi untuk pertandingan gulat telah ditemukan dalam epik Gilgames
bangsa Babilonia. Ini berarti bahwa gulat didunia barat dipengaruhi oleh bangsa timur Dekat, bangsa
Babilonia. Dalam dokomen bangsa Babilonia diceritakantentang kemenangan seorang
pahlawan yang menumpas kejahatan. Dengan menganalisis dokomen tersebut,
ternyata, diketahui bahwa mereka yang menjadi pahlawan dan pemenang itu telah
mempraktekan teknik gulat untuk mengalahkan musuhnya.
Dijaman mesir
kono, pertarungan gulat merupakan upaya untuk menunjukan kecakapan fisik dan
kemampuan militer para tentara kepada para bangsawan. Wolfgang Decker, seorang
peneliti olahraga dijaman mesir kono, berpendapat bahwa gulat terutama sekali
digunakan sebagai bentuk pelatihan bagi tentara.
Dalam sejarah
yunani kono, gulat menduduki tempat penting dalam legenda dan sastra. Gulat
yang dikenal saat itu adalah gulat kompetisi, karena tidak dibentingi oleh
peraturan. Namun denikian, gulat tetap menjadi olahraga olimpiade bangsa
yunani. Bahkan, gulat yang dikembangkan
oleh bangsa Romawi kono banyak meminjam banyak meminjam teknik gulat yunani. Di
yunani banyak didirikan palaestra atau sekolah gulat, di sekolah ini anak
laki-laki mempelajari aturan sederhana, tentang gulat yunani.Orang yunani
bergulat dalam lubang pasir yang disebut skamma, dan kontestan masih tertutup
oleh minyak damn dilapisi debu sebelum memasuki arena pertandingan.
Vases
menggambarkan angka-angka dari Mitologi yunani, terutama Heracles dan Theseus
(penemu gulat ilmiah), dengan menunjukan bahwa mereka dapat mengalahkan monster
fantastik dengan menggunakan teknik gulat yang berlaku dengan standar. Gambar
pegulat pun muncul di koin Aspendosm Syracuse, dan Alexandria, dan sejumlah
pertandingan gulat dapat ditemukan dalam tulisan Humer, Statius, dan Quintus
dari Smirna. Bahkan Plato, seorang filsuf yang terkenal, pernah dieritakan
mengikiti kompetisi dalam kejuaraan yang diadakan di Delphi dan Nemea.
Orang-orang
yunani bersaing untuk mewakili kota kelahirannya dalam festival gulat yang
waktu itu jumlahnya selalu meningkat di setiap tahun, pegulat fropesional yang
paling terkenlal pada saat itu adalah Milo dari kota Croton. Milo mendapatkan
pengakuan pada olimpiade masa yunani kuno di abad 540 SM. Dan memenangkan lagi
dalam enam olimpiade berturut-turut, milo tidak pernah berpartisipasi dalam
gulat yang lebih brutal atau yang pada saat itu sering dikenal dengan istilah
Pankration. Pankration jauh lebih brotal dari gulat propesional modern,
kemenangan dicapai dengan memaksa lawan anda mengakui kekalahan.
Selama abad
pertengahan, gulat mencerminkan gaya hidup orang eropa. Gulat tidak membutuhka peralatan yang khusus
dan semakin populer karena taruhanpara penonton dafasilitasi oleh pihak
penyelenggara pertandingan.Dalam tradisi inggris, telah dikembangkan dan
dimodifikasi pada saat periode Renaissance. Pembukaan pertandingan memerlukan
berbagai gaya yang berbeda. Sebagai contoh, di cumberland dan westmorelend,
dimulai dengan pertandingan dagu beristirahat di bahu lawan kemudian
menjatuhkan lawan ke tanah untuk memenangkan pertandingan.
Do cornwall,
jenis jaket gulat menjadi bentuk yang lebih disukai, dengan melarang pemail
memegang bagian dibawah pinggang. Ilistratur berkebangsaan jerman, albrecht rer
du, membuat lebih dari seratus gambar teknik memegang dalam gulat, dan fabian
von auerwald’s rinferkunst ( 1539 ), membuat salah satu buku ilustrasi tentang
teknik bergulat secara rinci. Buku karya Elyot ThomasGovernour ( 1531 ),
merupakan karya pertama yang memfokuskan paa pendidikan jasmani, dan gulat di
promosikan sebagai latihan sehat. Seabat kemudian seorang matematikawan, Sir
Thomas Parkyns, menerbitkan The Inn-Play atau Cornish-Hugg Wrestler, sebuah
karya yang tidak hanya menganjurkan olahraga tatapi juga menetapkan aturan
untuk menghindari perilaku yang tidak sportif selama pertandingan.
Olahraga Gulat
adalah olahraga beladiri kuno, kemungkinan sudah ada sekitar tahun 2050 sebelum
Masehi. Mula-mula dilakukan oleh bangsa Sumeria kemudian berkembang di Mesir.
Hal ini terbukti dengan banyaknya peninggalan sejarah di Mesir yang mengungkapkan
bahwa di Mesir pada sekitar 1 atau 2
abad sebelum Masehi sudah terdapat olahraga gulat. Lukisan dinding pada makam di Benni Hassan misalnya.
Di sana banyak terdapat gambar-gambar orang gulat. Di Benni Hassan sendiri ada
sekitar 40 lukisan, di makam Bahti III ada sekitar 219, dan di makam Setti ada
sekitar 122 lukisan. Dari gambar-gambar tersebut sudah nampak adanya
teknik–teknik dalam gulat, seperti teknik berdiri pada posisi yang kokoh dan
teknik serangan kaki. Di Yunani gulat berkembang sangat pesat bahkan termasuk
satu di antara tiga hal yang sangat dijunjung tinggi di Yunani ialah Ilmu
Pengetahuan, Seni dan Olahraga yang dalam hal ini adalah gulat. Dari
perkembangan di Yunani inilah selama berabad-abad, gulat masuk dalam olahraga
dunia dan dipertandingkan dalam event olahraga dunia. ( Petrov, 1987 : 20-22 )
Pengertian gulat
pada mulanya adalah suatu kegiatan yang menggunakan tenaga dan dimungkinkan
mengandung pengertian suatu perkelahian atau pertarungan yang sangat sengit
untuk mengalahkan lawan dengan saling memukul, menendang, mencekik bahkan
menggigit. Sedangkan gulat sebagai alat bela diri dilakukan manusia pada saat
orang itu terjepit dan tidak memiliki senjata, satu-satunya alat bela diri
adalah dengan cara bergulat. (PGSI, 1985 : 50).
Olahraga gulat
masuk di Indonesia pada tahun 1961 oleh pendiri Sekolah Beladiri yang
berkedudukan di Bandung dengan pendiri Bp. BATLING ONG pemilik SCHOOL OF SELF
DEFENCE INDONESIA (SOSI).
Di Kabupaten
Ciamis dirintis pemasalanya oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sub Binmudora
pada tahun 2004 dan dihimpun dalam wadah Persatuan Gulat Seluruh Indonesia
Cabang Ciamis pada tahun 2005. Di Ciamis olahraga beladiri gulat dipelopori dan
dibina oleh Bpk RUSDIHARTO, S.pd. Beliau adalah seorang guru olahraga dan sekarang
menjabat menjadi WAKASEK di SMKN 1 CIAMIS. Di awal perkembangannya tempat
latihan di aula UPTD Kabupaten Ciamis. pelatih Bpk RUSDIHARTO, S.pd dengan assisten Devi herdiman S.pd dan Uyat p
S.pd Sekarang telah berkembang di SMKN 1 CIAMIS. Dengan beberapa assisten
pelatihnya yaitu Parid Padilah,Budi Nurjaman,Hendi,Carmana dan Edi Setiadi yang
dibina dari gulat pada waktu masih sekolah dan masih banyak lagi yang masih
berstatus sebagai mahasiswa yang apabila mereka pulang ke Ciamis berbagi ilmu,
tekhnik, taktik serta motivasi dalam olahraga gulat untuk kemajuan prestasi
gulat Kabupaten Ciamis pada khususnya dan olahraga pada umumnya.
Dalam rangka
pembinaan prestasi, untuk mengukur tingkat kemampuan selama berlatih, telah
diikutsertakan dalam event resmi baik ditingkat Jawa Barat maupun Nasional.
Dalam Kejuaraan Pelajar, Kejurda Yunior Kejurda Senior, yang rutin tiap
tahunnya dan bahkan sudah menyumbangkan medali mulai dari PORDA TH 2006 dan PORPROV TH 2010 ( Hasil yang
dicapai terdapat dalam lampiran )
1.
Sejarah Gulat Masuk ke Indonesia
Sejak sebelum
Perang Dunia II, Indonesia sudah mengenal gulat internasinal. Gulat ini dibawa
oleh tentara Belanda. Masyarakat Indoensia ketika itu mengenal gulat sebagai
tontonan di pasar malam atau pada pesta-pesta di kota besar sebagai acara
hiburan.
Tahun 1941 –
1945 sewaktu Indonesia diduduki tentara Jepang, seni bela diri Jepang seperti
Judo, Sumo dan Kempo masuk pula ke Indonesia, sehingga gulat secara
berangsur-angsur menjadi hilang.
2.
Sejarah Gulat Dunia
Gulat merupakan
salah satu bentuk pertempuran yang paling tua. Referensi sastra untuk fakta itu
terjadi di Iliad, di mana Homer menceritakan Perang Troya dari 13 atau 12 abad
SM. Asal-usul gulat bisa dirunut 15.000 tahun yang lalu melalui gambar-gambar
gua di Perancis. Relief Babilonia dan Mesir menunjukkan para pegulat
menggunakan sebagian besar benda yang dikenal dalam olahraga masa kini.
Di Yunani kuno
gulat menempati tempat yang terhormat di dalam legenda dan sastra; kompetisi
gulat, brutal dalam banyak aspek, menduduki olahraga fokus dalam Olimpiade
kuno. Roma kuno banyak meminjam dari gulat Yunani, tapi dengan mengeliminasi
banyak kebrutalan.
Selama Abad
Pertengahan (abad kelima hingga abad kelima belas) gulat tetap populer dan
mendapatkan perlindungan dari banyak keluarga kerajaan, termasuk Perancis,
Jepang, dan Inggris.
Pemukim Eropa
awal di Amerika membawa tradisi gulat yang kuat apabila mereka datang dari
Inggris. Para pemukim juga mendapati bahwa gulat menjadi populer di kalangan
penduduk asli Amerika. Gulat amatir berkembang sepanjang tahun-tahun awal
koloni Amerika Utara dan menempati kedudukan sebagai kegiatan yang populer
dalam pameran negara, perayaan liburan, dan latihan militer. Turnamen gulat
nasional pertama yang diselenggarakan berlangsung di New York City pada tahun
1888, dan gulat telah menjadi sebuah pertandingan di setiap Olimpiade modern
yang sejak 1904 di St Louis, Missouri (demonstrasi telah dilakukan di Olimpiade
modern pertama). Badan internasional untuk olahraga gulat, United World
Wrestling (UWW), didirikan pada tahun 1912 di Antwerp, Belgia sebagai
International Federation of Associated Wrestling Styles (FILA). Kejuaraan gulat
pertama (1st NCAA Wrestling Championships) juga diadakan pada tahun 1912, di
Ames, Iowa. USA Wrestling, terletak di Colorado Springs, Colorado, menjadi
badan nasional gulat amatir pada tahun 1983. Ia melakukan kompetisi untuk semua
tingkat usia.
Gulat adalah
olahraga tempur yang melibatkan teknik-teknik bergulat seperti Clinch fighting,
melempar dan take downs, kunci, pin, dan teknik bergulat yang lain. Sebuah
pertarungan gulat adalah kompetisi fisik, antara dua (kadang-kadang lebih)
pesaing atau mitra tanding, yang mencoba untuk mendapatkan dan mempertahankan
posisi unggul. Ada berbagai gaya dengan berbagai aturan baik gaya bersejarah
tradisional maupun gaya modern. Teknik gulat telah dimasukkan ke dalam seni
bela diri lain sebagaimana sistem tempur tangan kosong dalam militer.
3.
Disiplin Internasional
Disiplin gulat,
seperti yang didefinisikan oleh UWW, dipecah menjadi dua kategori; Disiplin
gulat internasional dan disiplin gulat rakyat. UWW saat ini mengakui enam
disiplin ilmu gulat. Tiga adalah disiplin Olimpiade: gulat Greco-Roman, gulat
pria gaya bebas dan gulat perempuan gaya bebas. Tiga lainnya adalah Pankration
amatir, sabuk gulat alysh dan gulat pantai.
4.
Gulat Greco-Roman
Yunani-Romawi
adalah disiplin internasional dan olahraga Olimpiade. Dalam gaya Yunani-Romawi,
dilarang untuk memegang lawan di bawah sabuk, untuk membuat perjalanan, dan
untuk secara aktif menggunakan kaki dalam pelaksanaan tindakan apapun.
Perubahan aturan terbaru dalam peningkatan peluang Yunani-Romawi untuk dan
menempatkan penekanan lebih besar pada peledak, ‘amplitudo tinggi’ melempar.
Menjepit lawan satu ke matras adalah salah satu cara untuk menang. Salah satu
pegulat Yunani-Romawi yang paling terkenal adalah Alexander Karelin dari Rusia.
5.
Gulat Freestyle
Gulat gaya bebas
adalah disiplin internasional dan olahraga Olimpiade, baik untuk pria dan
wanita. Gaya ini memungkinkan penggunaan pegulat atau kaki lawannya di
menyerang dan bertahan. Gulat gaya bebas memiliki asal-usul dalam
menangkap-as-catch-bisa gulat dan kondisi kemenangan perdana dalam gaya ini
melibatkan pegulat yang menang dengan melemparkan dan menyematkan lawannya di
tikar. SMA Amerika dan perguruan gulat dilakukan di bawah aturan yang berbeda
dan disebut skolastik dan gulat perguruan tinggi.
B. Perkembangan Gulat di
Indonesia
Dalam PON V
tahun 1961 di bandung gulat ternmasuk salah satu cabang olahraga yang
dipertandingkan, dilaksanaka di bioskop Varia ( sekarang nusantara ). Tahun
1962, Asian Games IV berlangsung di jakarta. Indonesia menurunkan pegulat
secara fuul tame, mulai dari kelas 52 kg – 87kg, indonesia hanya meraih dua
medali perunggu melalui mujari (kelas 52 kg) dan Rachman Firdaus (kelas 63 kg)
yang keduanya menggunakan gaya Yunani-Romawi. Tahun 1964, PB PGSI mengirim para
pegulat ke RRC kan Korea Utara. Tahun 1965 menjelang PON VI di jakarta muncul
pegulat-pegulat yang penuh bakat, seperti Suparman Hamid, Tigor Siahaan, dan
Johny Gozali. Dan semua acara ini gagal karena situasi politil. Tahun 1966 menjelang Asin Games V di bangkok, PHSI mengadakan kejuaraan
nasional di bandung. Tahun 1967, diselenggarakan kejuaraan nasional di
surabaya. Tahun 1968, merupakan tahun yang sepi bagi PGSI karna tidak adanya
kegiatan tingkat nasional. Tahun 1969,
diadaka PON VII di surabaya, dimana para pegulat dari Sumtera utara, DKI jaya, Jawa barat,
Jawa tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa timur dan sulawesi selatan mengukur krkuatan
dalam arena tersebut. Tahun 1970, PGSI mendapat kesempatan lagi untuk ambil
bagian dalam Asian Games VI di bangkok. Tahun 1971, untuk pertama kalinya dan
merupakan terakhir kalinya gulat di pertandingkan di POM (Pekan Olahraga
Mahasiswa) di palembang.Tahun 1972 menjelang PON VIII di jakarta, terlebih
dahulu diadakan babak kualifikasi bagi daerah-daerah yang akan ikut serta dalam
PON. Tahun 1973, PGSI juga kembali mengikuti kejuaraan gulat di Glanbator,
Mongolia, tim indonesia diwakili oleh Tigor Siahaan, Syampurno, Johny Gozali,
dan Darmanto. Selain itu kegiataninternasional yang di ikuti oleh pegulat kia
adalah:
1.
Tahn 1974 Asian Games VII di Teheran, PGSI
mengirimkan pegulat tigor siahaah kelas 48 kg, dan Johny Gozali kelas 62 kg.
2.
Kejuaraan dunia tahun1978 di Mexico, PGSI
menurunkan pegulat Suwrto kelas 57 kg, Alfan Sulaiman kelas 62 kg, Tahi
sihombinf kelas 68 kg, dan Eddy santoso kelas 74 kg.
3.
Tahun 1980, di Rumania PGSI mengirimkan pegulat
Suwarto kelas 57 kg, Edison kelas 62 kg,
dan Alfan Sulaiman kelas 68 kg.
4.
Tahun 1982, Asian Games IX di New Delhi, PGSI
mengirimkan Rubianto Hadi kelas 48 kg, Rusdi kelas 57 kg, dan Alfan Sulaiman
kelas 62 kg.
Sejak pembentukannya tahun 1960
PGSI telah banyak melakukan kegiatan baik lokal, nasional maupun internasional.
C. Peraturan Pertandingan Gulat
Sesuai dengan
unsur, maka olahraga gulat dibagi dalam kelompok sebagai berikut :
1. Gulat Mini : 6 – 12 tahun
2. Gulat Anak-Anak : 13 – 16 tahun
3. Gulat Yunior : 17 – 20 tahun
4. Gulat Senior : di atas 20 tahun
Pertandingan
olahraga gulat dilakukan di atas matras, berukuran 12 x 12 meter sesuai dengan
peraturan gulat internasional.Peraturan pertandingan gulat
internasional.Peraturan pertandingan yang dipakai juga peraturan pertandingan
gulat internasional dari FILA yang sudah disahkan oleh PB.PGSI.
Pegulat selama
bertanding harus memakai baju internasional (wrestlingsuit) sesuai dengan warna
dari sudut mana dia berada, biru atau merah. Wasit berada diantara kedua
pegulat di lingkaran tengah, satu tangan diluruskan ke depan, kemudian peluit
dibunyikan dan lengan wasit ditarik kembali. Pada waktu bertanding, bilamana
kedua pegulat tinggal diam beberapa saat maka wasit berteriak open agar supaya
daerah serangan dibuka untuk memberi kesempatan pada lawannya melakukan
serangan. Setelah itu diharapkan kedua pegulat mengadakan kontak satu sama
lain. Setelah kedua pegulat itu mengadakan kontak maka diharuskan adanya
serangan salah satu pihak, kalau tidak maka wasit harus berteriak action.
Setiap kali
wasit berteriak open, action, ataupun contact, pegulat harus mengerjakan hal
itu.Kalau pegulat itu tidak bereaksi maka wasit wajib menghentikan pertandingan
dan memberikan peringatan kepada kedua pegulat itu. Bila hal ini terulang
setujuan juri atau pres met wajib memberikan suatu angka hukuman. Pemberian
angka hukuman ini secara jelas dilakukan oleh wasit sedemikian rupa sehingga
juri dan ketua pertandingan serta umum jelas melihatnya.Wasit memanggil kedua
pegulat pada lingkaran tengah menghadap ketua pertandingan, salah satu tangan
wasit memegang pergelangan tangan pegulat yang mendapat hukuman lurus ke bawah
di sisi badan. Sedangkan tangan terbuka, semua jari lurus ke atas dan rapat
satu sama lain. Juri dan ketua pertandingan mengangkat papan angka satu yang
berwarna sesuai dengan tangan wasit yang diangkat.Ini menunjukkan bahwa satu
angka diberikan kepada pegulat yang berwarna merah, maka juri mengangkat papan
merah yang berangka 1. bantingan (technical point). Nilai dua diberikan kepada
lawannya bilamana keadaan bahaya itu kurang dari 5 detik dan nilai 3 diberikan
bila lebih dari 5 detik.
Gulat adalah
kontak fisik antara dua orang, di mana salah seorang pegulat harus menjatuhkan
atau mengunci musuhnya dalam teknik bergulat. Teknik fisik yang ditunjukkan
dalam gulat adalah joint lock, clinch fighting, dan Grappling hold. Teknik ini
dapat menyebabkan luka dalam yang serius. Banyak gaya gulat yang diketahui
dunia dan mempunyai sejarah yang panjang, dan olahraga gulat sudah menjadi
olahraga olimpik lebih dari 100 tahun.
joint lock adalah Sebuah teknik kuncian
dalam olahraga gulat melibatkan manipulasi sendi lawan, dengan sedemikian rupa
sehingga sendi mencapai menvapai pergerakan maksimal dan bagian yang di kunci
tidak bisa bergerak lagi.File:Roark armbar.jpg
clinch fighting adalah teknik bantingan
pingang teknik ini juga di modivikasi dlam olahraga judo teknik ini sangat baik
untuk mengunci lawan serta membantingnya dengan waktu yg
bersamaanFile:Clinching getting the back.jpg
Grappling hold adalah sebuah teknik
kuda-kuda dalam bergulat, teknik ini merupakan sebuat teknik awlan dalam
mengamnil atau menyerang lawan. teknik ini juga sering di pakai dalam olahraga
judo dan sumo teknik ini dikenal juga dengan bahasa jepang yaitu katame – waza.
olahraga gulat sekarang ini berkembang
pesat di indonesia terutama di surabaya, olahraga ini sekarang bukan hanya di
minati oleh kaum adam, olahraga ini juga diminati oleh kaum hawa. salah satunya adalah pegulat perempuan yang
bernama lengkap Ainun nisa’i mahberuroh dia salah satu pegulat handal dari surabaya,
sudah banyak penghargaan yang ia raih. dalam tahun ini dia bersama kakak
laki-lakinya yang bernama lengkap M Habib Khusairi Abbas mereka mampu
mengawinkan medali emas di kejuaraan provinsi jawa timur (porprov) yang di
selengarakan di kabupaten madiun dan merai kemenangan dimasing-masing kategori
yg di ikutinya. yaitu Nisa juara 1 gulat bebas putri kelas 55kg dan M Habib
juara 1 gulat bebas putra kelas 66kg.
D. Gaya yang dipertandingkan dan kelasnya
Olahraga gulat
mempertandingkan 2 macam gaya yaitu gaya bebas dan gaya Yunani-Romawi. Gulat
gaya bebas dan gaya Yunani-Romawi masing-masing meliputi kelas-kelas :
1. Kelas 48
kg 6.
Kelas 74 kg
2. Kelas 52
kg 7.
Kelas 82 kg
3. Kelas 57
kg 8.
Kelas 90 kg
4. Kelas 62
kg 9.
Kelas 100 kg
5. Kelas 68
kg
10. Kelas 100 kg, + (over + 100 kg).
Di Ibukota
Republik Indonesia Jakarta dibentuk Pengurus Besar Persatuan Gulat Seluruh
Indonesia yang disingkat PB. PGSI, di Ibukota Propinsi dibentuk Pengurus Daerah
PGSI yang disingkat Pengda PGSI, di Ibukota Kabupaten/Kotamadya dan Kota
Administratif dibentuk pengurus cabang disingkat Pengcab PGSI, yang
masing-masing pembentukannya oleh kongres, rapat anggota pemilihan pengurus
cabang. sejak sebelum Perang Dunia II, Indonesia sudah mengenal gulat
internasinal. Gulat ini dibawa oleh tentara Belanda. Masyarakat Indoensia
ketika itu mengenal gulat sebagai tontonan di pasar malam atau pada pesta-pesta
di kota besar sebagai acara hiburan.
Tahun 1941 –
1945 sewaktu Indonesia diduduki tentara Jepang, seni bela diri Jepang seperti
Judo, Sumo dan Kempo masuk pula ke Indonesia, sehingga gulat secara berangsur-angsur
menjadi hilang.
Tahun 1959 di
Bandung pernah diadakan pertandingan gulat bayaran antara Batling Ong melawan
Muh. Kunyu dari Pakistan. Dari Pakistan pertandingan itu mendapat perhatian
yang cukup besar dari pencadu olahraga gulat di Indonesia, khususnya masyarakat
di kota Bandung. Pertandingan itu diselenggarakan oleh PERTIGU (Persatuan Tinju
dan Gulat), suatu wadah olahraga amatir dan profesional tinju dan gulat di
Indonesia. Mengingat pada waktu itu pemerintah dalam hal ini menteri olahraga
tidak membernarkan adanya Organisasi Olahraga Tinju dan Gulat bayaran.
Terlebih-lebih dengan adanya kebutuhan nasional dimana Indonesia ditunjuk
sebagai tuan rumah penyelenggaraan Asian Games IV tahun 1962, maka ketua OC
Asian Games menunjuk Kolonel CPM R. Rusli (sekarang Mayjen Purn), untuk
membentuk suatu organisasi gulat amatir. Maksudnya Pemerintah berkeinginan agar
Indonesia dapat menerjunkan pada pegulatnya dalam arena Asian Games IV itu.
Kol. Rusli yang mendapatkan mandat dari Ketua OC Asian Games IV tahun 1962 itu
segera melaksanakan tugasnya. Dihubunginya beberapa tokoh olahraga yang ada di
Bandung diantaranya Batling Ong, Ong Sik Lok, M.Cc. M.F. Siregar, M.Sc., H.B.
Alisahbana dan Abdul Djalil.
Selain beberapa
kali mengadakan pertemuan di rumah Kol. R. Rusli di jalan Supratman Bandung,
maka tepatnya pada tanggal 7 Pebruari 1960 didirikanlah sebuah organisasi gulat
amatir Indonesia dengan nama Persatuan Gulat Seluruh Indonesia yang disingkat
PGSI.
Dengan adanya
kejuaraan dunia di Yokohama tahun 1961, maka PGSI mengadakan seleksi nasional
untuk menentukan tim Indonesia ke kejuaraan dunia yang berlangsung pada bulan
Juni 1961. Empat pegulat terpilih dalam seleksi itu untuk mewakili Indonesia
yaitu Rachman Firdaus (kelas 68 kg gaya bebas) Yoseph Taliwongso (kelas 68 kg
gaya Yunani-Romawi) Sudrajat (kelas 62 kg gaya bebas) ketiganya dari Bandung,
seoran gdari Yogyakarta yakni Elias Margio (kelas 62 kg gaya Yunani). Mereka
ini didampingi oleh Kapten Obos Purwono sebagai tim manajer serta Batling Ong
sebagai pelatih.
Dalam PON V
tahun 1961 di Bandung olahraga gulat termasuk salah satu cabang olahraga yang
dipertandingkan dengan mengambil tempat di Bioskop Varia (sekarang Nusantara).
Daerah-daerah yang telah mempunyai pengurus mengirimkan para pegulatnya juga.
Namun Jawa Barat tetap memborong medali terbanyak.
Tahun 1962 Asian
Games IV berlangsung di Jakarta. Indonesia menurunkan para pegulatnya secara
full team, mulai dari kelas 52 kg sampai dengan 87 kg. Prestasi para pegulat
kita belum begitu menggembirakan, Indonesia hanya meraih 2 medali perunggu
melalui gulat Mujari (kelas 52 kg) dan Rachman Firdaus (kelas 63 kg) yang
keduanya bertanding dalam gaya Yunani-Romawi.
Dalam Ganefo I
(Games of The New Emerging Forces) yang berlangsung di Jakarta tahun 1963,
Indonesia juga mengikutsertakan pegulatnya. Yoseph Taliwongoso yang bertanding
di kelas 70 kg, gaya Yunani-Romawi berhasil meraih medali perak, sedangkan
Suharto kelas 97 kg, meraih perunggu.
Tahun 1964 PB.
PGSI mengirimkan para pegulatnya ke RRC dan Korea Utara untuk menambah
pengalaman. Diantara para pegulat yang dikirimkan itu ialah Rachman Firdaus,
Joseph Taliwongso, Bambang Kantong, Saut Tambunan dan Wachmana.
Tahun 1965
menjelang diselenggarakannya PON VI di Jakarta, muncul pegulat-pegulat yang
penuh bakat, seperti Suparman Hamid, Tigor Siahaan, Johny Gozali. Sayang para
pegulat ini belum sempat menampilkan kebolehannya dalam arena PON VI yang batal
karena situasi politik dan mengakibatkkan tersendat-sendatnya kemajuan para
pegulat Indonesia.
Tahun 1966
menjelang Asian Games V di Bangkok, PGSI mengadakan kejuaraan nasional di
Bandung. Setelah melakukan seleksi yang ketat terpilih pegulat-pegulat Rachman
Firdaus, S.H., Ir. Suparman Hamid dan Ir. Saut Tambunan untuk memperkuat
kontingen Indonesia.
Tahun 1967, diselenggarakan
kejuaraan nasional di Surabaya, kesempatan ini merupakan yang terakhir kalinya
dihadiri oleh Bapak Gulat Indonesia Batling Ong Hong Liong. Tahun 1968,
merupakan tahun yang sepi bagi PGSI karena tidak adanya kegiatan tingkat
nasional. Kesempatan ini diarahkan untuk mempersiapkan diri menghadapi PON VII
tahun 1969 di Surabaya.
Tahun 1969,
diadakan PON VII di Surabaya dimana para pegulat dari daerah-daerah Sumatera
Utara, DKI Jaya, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur dan
Sulawesi Selatan mengukur kekuatannya dalam arena tersebut. Daam PON VII ini
terlihat olahraga gulat semakin berkembang bahkan muncul pula wajah-wajah baru
yang penuh semangat dan berbakat.
Tahun 1970, PGSI
mendapat kesempatan lagi untuk ambil bagian dalam Asian Games VI di Bangkok.
Untuk itu PGSI mulai menyusun tim dengan terlebih dahulu mengadakan kejuaraan
nasional di Bandung. Para pegulat yang terpilih adalah Tigor Siahaan, Sampurno,
Darmanto, dan Johny Gozali, namun kali ini gulat juga belum berhasil memperoleh
medali untuk disumbangkan di pangkuan Ibu Pertiwi. Tahun 1971, untuk pertama
kalinya dan ternyata merupakan terakhir kalinya gulat dipertandingkan pula
dalam POM (pkean Olahraga Mahasiswa) di Palembang.
Tahun 1972,
menjelang PON VIII di Jakarta, terlebih dahulu diadakan babak kualifikasi bagi
daerah-daerah yang akan ikut serta dalam PON. Untuk pelaksanaannya tahun itu
juga PGSI menyelenggarakan kejuaraan Nasional di Medan dan bagi pegulat yang
lolos dari babak kualifikasi dapat ikut serta dalam PON VIII tahun 1973 di
Jakarta.
Dalam PON VIII ini pula
dipertandingkan gulat dalam 2 nomor yakni gaya Yunani-Romawi dan gaya bebas.
Tahun 1973, ini
PGSI juga kembali ikut serta dalam kejuaraan gulat di Glanbator, Mongolia dan
tim Indonesia terdiri dari Tigor Siahaan, Syampurno, Johny Gozali dan Darmanto.
Selain itu
kegiatan internasional yagn diikuti oleh para pegulat kita adalah :
a)
Tahun 1974 Asian Games VII di Teheran, PGSI
mengirimkan pegulat Tigor Siahaan kelas 48 kg dan Johny Gozali kelas 62 kg ;
kejuaraan dunia tahun 1978 di Mexico PGSI menerjunkan pegulat-pegulat Suwarto
kelas 57 kg, Alfan Sulaiman kelas 62 kg, Tahi Sihombing kelas 68 kg dan Eddy
Santoso kelas 74 kg.
b)
Tahun 1980, di Rumania PGSI mengirimkan pegulat
Suwarto kelas 57 kg, Edison kelas 62 kg dan Alfan Sulaiman kelas 68 kg.
c)
Tahun 1982, Asian Games IX di New Delhi, PGSI
mengirimkan Rubianto Hado kela s48 kg, Rusdi kelas 57 kg, dan Alfan Sulaiman
kelas 62 kg.
Sejak
pembentukannya tahun 1960 PGSI telah banyak melakukan kegiatan baik lokal,
nasional maupun internasional. Frekuensi pertandingan bertambah dan daerah baru
PGSI juga bertambah.
Saat ini di
seluruh Indonesia PGSI mempunyai 17 Pengda :
1. Pengda PGSI
Sumatera Utara, jalan Karantina 50 Medan,
2. Pengda PGSI
Sumatera Barat, jalan Arief Rahman Hakim 6 Padang
3. Pengda PGSI
Riau, Kepala Kantor Kecamatan Tebing Tinggi di Selat Panjang
4. Pengda PGSI
Sumatera Selatan, GOR KONI Sumatera Selatan jalan Kapten A. Rivai Palembang
5. Pengda PGSI
Jawa Barat, jalan Aceh 47- 49 Bandung
6. Pengda PGSI
DKI Jaya, Manajer Stadion Utama Senayan Pintu 8 Jakarta
7. Pengda PGSI
Jawa Tengah, SGO jalan Atmodirono 2/4 Semarang.
8. Pengda PGSI
D.I. Yogyakarta, jalan Dr. Wahidin 20 Yogyakarta
9. Pengda PGSI
Jawa Timur, jalan Ngagel Timur II/30 Surabaya
10. Pengda PGSI
Kalimantan Tengah , SMOA Negeri Palangkaraya
11. Pengda PGSI
Kalimantan Selatan, Kantor Depdikbud Kecamatan Banjar
Barat jalan Batu Tiban Banjarmasin.
12. Pengda PGSI
Kalimantan Timur, SGO Negeri Samarinda jalan pahlawan
Samarinda
13. Pengda PGSI
Sulawesi Utara, KONI Propinsi Sulawesi Utara jalan A. Yani
Manado.
14. Pengda PGSI
Sulawesi Selatan, jalan Hatimurah 2 Ujung Pandang
15. Pengda PGSI
Sulawesi Tengah, Sdr. Suwardji SKKP negeri palu.
16. Pengda PGSI
Sulawesi Tenggara, Sdr. Watimena jalan Fajarmerantau
Kendari.
17. Pengda PGSI
Irian Jaya, KONI Irian Jaya Jayapura.
Gulat merupakan
salah satu olahraga yang perlu pembinaan secara signifikan agar teknik-teknik
dalam pergulatan tidak kaku bagi atlet dalam melakukan, bahkan atlet menjadikan
olahraga gulat ini olahraga yang menarik dan menyenangkan untuk terus
dikembangankan yang nantinya dapat membina bakat dan mempertinggi prestasi
atlet tersebut.
Dalam olahraga
ini diperlukan kekuatan dan daya tahan tubuh, selain itu faktor-faktor lain
yang mempengaruhi gerak berupa kecepatan, kelincahan, dan reaksi, karena tanpa
adanya keserasian dan keseimbangan kecepatan otot yang baik, sebuah teknik
gulat tidak akan menghasilkan gerakan dengan kecepatan yang optimal. Untuk
meningkatkan kecepatan, agility, dan reaksi khususnya pada gerak menahan
serangan lawan (counter attak), maka perlu dilakukan perpaduan latihan dari
tiga komponen tersebut. dengan melalui perbaikan kualitas gerak (skill), berupa
teknik gerakan pada kecepatan, kelincahan, dan reaksi. Agar memperoleh hasil
yang optimal.
a.
Terdapat 2 jenis gaya dalam olahraga gulat
diantaranya :
1.
gulat gaya yunani-romawi ( Greco roman )
gulat gaya Yunani-Romawi memperbolehkan peserta
menggunakan lengan dan tubuh bagian atas untuk saling bergulat.
Mereka tidak boleh menggunakan kaki untuk melakukan
kontak dengan lawan atau menggunakan tangan di bawah pinggang. Sebagai
hasilnya, terjadi lebih banyak lemparan dibanding gulat gaya bebas, dengan
tujuan keduanya untuk memiting bahu lawan ke lantai selama dua detik. Poin juga
diperoleh untuk lemparan dan gerakan takedown, dengan pertandingan segera
dinyatakan berakhir jika pegulat memperoleh keunggulan poin 6-0 Pertarungan
berlangsung dalam tiga ronde yang terdiri dari dua menit aksi, dengan matras
gulat lingkaran tengah berukuran lebar delapan meter.
Sebagai pertarungan kekuatan dan keahlian untuk mencoba
menguasai lawan, gulat telah menjadi begitu rumit selama bertahun-tahun dalam
hal teknik yang digunakan oleh para pegulat. Kompetisi gulat di London 2012
digelar dengan sistem gugur langsung, melibatkan tujuh kategori berat mulai
dari kelas hingga 55 kg sampai dengan 96-120 kg.
2.
gulat gaya bebas
gulat gaya bebas memperbolehkan peserta menggunakan
lengan dan seluruh tubuh bagian untuk saling bergulat. Mereka boleh menggunakan
kaki untuk melakukan kontak dengan lawan atau menggunakan tangan di bawah
pinggang.
Sebagai hasilnya, terjadi lebih banyak kuncian dibanding
gulat gaya Greco roman, dengan tujuan keduanya untuk memiting bahu lawan ke
lantai selama dua detik. Poin juga diperoleh untuk lemparan dan gerakan
takedown, dengan pertandingan segera dinyatakan berakhir jika pegulat
memperoleh keunggulan poin 6-0 atau posisi pundak lawan sudah menyentuh
permukaan matras selama 5 detik Pertarungan berlangsung dalam tiga ronde yang
terdiri dari dua menit aksi, dengan matras gulat lingkaran tengah berukuran
lebar delapan meter. Pertandingan olahraga gulat dilakukan di atas matras,
berukuran 12 x 12 meter sesuai dengan peraturan gulat internasional Peraturan pertandingan
yang dipakai juga peraturan pertandingan gulat internasional dari FILA yang
sudah disahkan oleh PB. PGSI.
Pegulat selama bertanding harus memakai baju
internasional (wrestlingsuit) sesuai dengan warna dari sudut mana dia berada,
biru atau merah. Wasit berada diantara kedua pegulat di lingkaran tengah, satu
tangan diluruskan ke depan, kemudian peluit dibunyikan dan lengan wasit ditarik
kembali. Pada waktu bertanding, bilamana kedua pegulat tinggal diam beberapa
saat maka wasit berteriak open agar supaya daerah serangan dibuka untuk memberi
kesempatan pada lawannya melakukan serangan. Setelah itu diharapkan kedua
pegulat mengadakan kontak satu sama lain. Setelah kedua pegulat itu mengadakan
kontak maka diharuskan adanya serangan salah satu pihak, kalau tidak maka wasit
harus berteriak action.
Setiap kali wasit berteriak open, action, ataupun
contact, pegulat harus mengerjakan hal itu. Kalau pegulat itu tidak bereaksi
maka wasit wajib menghentikan pertandingan dan memberikan peringatan kepada
kedua pegulat itu. Bila hal ini terulang setujuan juri atau pres met wajib
memberikan suatu angka hukuman. Pemberian angka hukuman ini secara jelas
dilakukan oleh wasit sedemikian rupa sehingga juri dan ketua pertandingan serta
umum jelas melihatnya. Wasit memanggil kedua pegulat pada lingkaran tengah
menghadap ketua pertandingan, salah satu tangan wasit memegang pergelangan
tangan pegulat yang mendapat hukuman lurus ke bawah di sisi badan. Sedangkan
tangan terbuka, semua jari lurus ke atas dan rapat satu sama lain. Juri dan
ketua pertandingan mengangkat papan angka satu yang berwarna sesuai dengan
tangan wasit yang diangkat. Ini menunjukkan bahwa satu angka diberikan kepada
pegulat yang berwarna merah, maka juri mengangkat papan merah yang berangka 1.
b.
Teknik Dasar Gulat
Teknik adalah cara
melakukan atau melaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan
efisien. Teknik yang baik selalu berdasar pada teori dan hukum-hukum yang
berlaku pada ilmu pengetahuan untuk menunjang pelaksanaan teknik tersebut,
misalnya bio mekanika, fisiologi, dan kinesiologi. Untuk mengembangkan prestasi
gulat peranan teknik erat hubungannya dengan kemampuan fisik, teknik, dan
mental. Teknik dasar tersebut harus benar-benar dapat dikuasai agar dapat
mengembangkan mutu prestasi dalam cabang olahraga gulat.
Adapun tehnik
tehnik dasar gulat adalah sebagai berikut :
1)
Teknik jatuhan meliputi jatuhan samping kanan,
jatuhan samping kiri, jatuhan belakang,dan jatuhan depan,
2)
Teknik posisi bawah meliputi posisi lawan tiarap
(gulungan perut, putaran, sambungan), posisi lawan merangkak (pengambilan
teknik dari samping kiri) (bantingan samping, tangkapan tangan, gulungan perut
tehnik angkatan croos)
3)
Teknik serangan kaki meliputi teknik gaitan
kaki, teknik tangkapan kaki, teknik angkatan kaki, dan teknik tangkapan dua
kaki,
4)
Teknik bantingan meliputi teknik bantingan
memutar, teknik bantingan bahu, teknik bantingan pinggang, teknik bantingan
samping teknik bantingan ke belakang,teknik bentingan menyamping, dan teknik
bantingan kayang,
5)
Teknik susupan ketiak,
6)
Teknik tarikan tangan, dan
7)
Teknik sambungan meliputi teknik sambungan
kepala dan kaki, teknik sambungan pinggang
c.
Teknik Serangan Kaki.
Pengertian teknik
serangan kaki.Teknik dasar serangan kaki adalah suatu teknik dasar gulat yang
dipergunakan dalam pergulatan pada saat posisi kedua pegulat berdiri dalam
usaha menjatuhakan, menguasai lawan atau mengunci lawan dengan sasaran serangan
pada bagian kaki (Rubianto Hadi, 2004 : 19).
d.
Macam–macam teknik serangan kaki.Teknik serangan
kaki terdiri dari :
1) Teknik gaitan
kaki,
2) Teknik
tangkapan kaki satu kaki..
3) Teknik
angkatan kaki,
4) Teknik
bantingan tangkapan dua kaki.
Teknik angkatan
kaki.Teknik angkatan kaki merupakan bagian dari teknik dasar serangan
kaki.Teknik angkatan kaki merupakan teknik yang sangat memerlukan kekuatan dan
tenaga yang besar dalam melakukannya, karena dalam teknik ini pegulat
mengangkat badan lawan dengan sasaran kaki lawan dan badan lawan harus diangkat
hingga setinggi bahu. Adapaun cara melakukannya yaitu kedua tangan menangkap
kedua kaki lawan, kemudian kaki dan badan lawan diangkat di atas bahu,
selanjutnya dengan berlutut pada salah satu kaki, lawan dijatuhkan pada posisi
terlentang (Rubianto Hadi, 2004 : 20).Berikut urutan gambar tehnik angkatan
kaki :
E. Analisa Gerakan Pada Cabang Olahraga Gulat
1.
Teknik Dasar
Teknik masuk,
membanting, menggulung, mengunci.
2.
Karakteristik kondisi fisik
Dalam melakukan
teknik dasar (teknik masuk, membanting, menggulung, mengunci) kelentukan dan
kelenturan terutama pada sendi-sendi yang berperan aktif seperti sendi
pinggang, sendi leher dan otot yang dominan digunakan dalam olahraga gulat
seperti otot tungkai, otot lengan, otot perut dan dalam olahraga ini sangat
diperlukan kemampuan efektif siatlit dalam menyelesaikan pertandingan.
3.
Sistem energi dominan
a.
ATP-PC dan LA
Pada sistim ini oksigen dibawa darah masuk ke dalam
setiap sel dan di dalam mitochondria bersama asam pinupat yang diproduksi saat
rsepirasi aerobick. Hasil akhir dari reaksi tersebut adalah karbondioksida,
air, dan energi yang kemudian disimpan dalam bentuk ATP agar pada saat latihan
energi dapat digunakan.
b.
ATP-PC
Konferensi molelul ADP menjadi ATP (dengan pendekatan
fosfat yang ketiga). Energi yang diambil untuk reaksi ini dapat dikatakan
disimpan dalam bentuk ATP. Zat inilah yang dapat dengan mudah disimpan dalam
semua sel. Ketika energi yang dibutuhkan, terjadi reaksi yang mengubah kembali
ATP menjadi ADP, reaksi ini melepaskan energi yang disimpan untuk melakukan
kegiatan dalam teknik-teknik pada gulat.
c.
LA-02
Pada keadaan normal ini dikuti oleh respirasi aerobik
yang mengurai asam laktat tersebut dengan menggunakan oksigen. Penggunaan ini
banyak menghasilkan energi. Pada kondisi abnormal proses tersebut tidak segera
diikuti oleh respirasi aerobik dalam aktivitas jogging menghasilkan asam laktat
yang menyebabkan kram otot dan di sini membutuhkan oksigen lebih lambat, tetapi
asam laktat tetap membentuk secara perlahan.
d.
02
Tipe respirasi internal hanya dapat terjadi bila
tersedia oksigen bebas yang dihirup ke dalam tubuh, melalui respirasi ini
sebagian besar makhluk hidup memperoleh energi yang berlimpah sehingga energi
tersebut dapat digunakan untuk melakukan aktivitas fisik.
4.
Otot yang berperan
a.
Penggerak utama
- Otot tungkai
- Otot lengan
- Otot leher
- Otot pinggang
- Otot perut
b.
Penggerak antagonis
- Push up
sebanyak 25 kali 5 kali pengulangan
- Sit up
sebanyak 25 kali 5 kali pengulangan
- Back up
sebanyak 25 kali 5 kali pengulangan
- Roll sebanyak
25 kali 5 kali pengulangan
- Push sebanyak
25 kali 5 kali pengulangan
c.
Penggerak sinergis
- Otot lengan
berfungsi untuk menjauhkan lawan
- Otot tungkai
berfungsi untuk pertahanan dari serangan lawan
d.
Penggerak
stabilisator
- Otot tungkai
- Otot lengan
- Otot besar
- Otot pinggang
- Otot leher
5.
Sendi dan gerakan
Saat menjatuhkan
lawan semua otot berperan aktif mulai dari otot-otot penggerak utama, penggerak
antagonis, penggerak sinergis, penggerak stabilisator dan otot ini berperan
sesuai dengan fungsinya.
6.
Mekanisme gerakan
a.
Kinetika
Teknik masuk, membanting menggulung, dan mengunci sangat
perlu sekali dilatih dalam olahraga ini karena dengan banyaknya latihan maka
akan memperoleh hasil yang matang, sehingga dalam pertandingan dapat melakukan
pengoptimalan dalam pertandingan.
Kinetika dimana dalam keadaan latihan harus mampu melatih
kondisi fisik dengan baik atau istirahat yang teratur agar kondisi kita itu
selalu fit dalam melaksanakan suatu aktivitas olahraga tersebut kita harus
selalu menjaga ketahanan tubuh dan kesehatan agar tidak mudah lelah dan cepat
kehabisan energi.
Mungkin dari
kalian banyak yang tidak tahu bagaimana permainan atau carany bergulat, Gulat
itu merupakan olahraga dari permainan SmackDown.... ya,.. tata cara bermainnya
hampir mirip, tekniknya juga sama, Tetapi teknik yang digunakan dalam permainan
Gulat yang dilombakan dalam PON atau SeaGames ituteknik yang safety (aman),
karena tidak ada pukulan tendangan atau tamparan yang ada hanya bantingan dan
pitingan saja, peraturan bermain gulat itu sederhana yaitu kumpulkan poin
sebanyak-banyaknya atau tempelkan pundak musuh ke matras,
Pegulat akan
hanya bergulat pegulat di kelas berat mereka, ini adalah equaliser besar yang
banyak olahraga lainnya tidak menawarkan.
Gulat
berlangsung di atas tikar gulat yang permukaan berlapis yang akan memiliki
tanda-tanda untuk menunjukkan pusat serta keluar dari batas poin dari wilayah
gulat. Seragam terdiri dari Wrestling Singlet, gulat sepatu, gulat tutup kepala
dan pegulat banyak memilih untuk juga memakai Kneepads. Ada beberapa aturan di
gulat yang dirancang untuk melindungi pegulat serta memfasilitasi penilaian,
kita akan berkonsentrasi pada dasar-dasar penilaian dan di masa depan posting
yang kita akan membahas peraturan lainnya secara rinci. Pertandingan gulat
dimulai di posisi yang “netral” dengan kedua pegulat yang berdiri di tengah
tikar. Objek pertandingan adalah untuk pegulat untuk mengambil lawannya ke
tikar dan mudah-mudahan menyerahkan dia untuk pinfall yang hanya memegang lawan
tulang belikat datar di atas tikar selama 2 detik. Menghalangi pinfall ada cara
lain untuk mencetak gol dalam pertandingan gulat. Takedown bernilai 2 poin,
takedown terjadi ketika satu pegulat membawa pegulat lain tikar dan telah
lawannya terkendali. Cara lain untuk skor melalui dekat gugur titik, Anda skor
dekat jatuh poin ketika Anda membuka lawan Anda kembali ke tikar. Kembali harus
dalam sudut 45 derajat dari tikar untuk wasit untuk mulai menghitung. Jika Anda
memegang lawan dalam posisi ini untuk hitungan tiga-kedua, Anda akan memperoleh
dua poin; hitungan lima detik penghargaan Anda dengan tiga poin. Di bawah ini
adalah contoh dari seorang pegulat dalam keadaan jatuh dekat.
Cara lain untuk
skor termasuk lolos dan pembalikan, melarikan diri pegulat satu titik ketika
seorang pegulat yang berada di bawah istirahat gratis dari orang di terlalu dan
kembali ke kaki-Nya, yang merupakan titik 1. Pembalikan terjadi ketika orang di
bawah switch posisi dengan laki-laki di atas, pembalikan bernilai 2 poin.
BABA III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gulat
merupakan salah satu cabang olahraga beladiri individu yang berasal dari
yunani-romawi. Olahraga gulat indentik dengan dua orang yang saling berhadapan
dan berusaha untuk mengungguli lawanya dengan cara menarik, mendorong,
membanting, menjegal, dan mengunci sampai punggung lawan menempel di atas matras.
Ada dua gaya yang dipertandingkan olahraga gulat yaitu gaya Bebas (Freestyle)
dan gaya Romawi Yunani (Greeco Roman).
B. Saran
Demikianlah
makalah ini saya buat sebagai tugas yang diberikan oleh guru saya. Namun saya sadar bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna, maka dari itu saya minta saran dan kritiknya terhadap makalah ini
agar kedepannya jauh lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
https://theo-wijaya.blogspot.co.id/2014/01/gulat.html
Kami ingin latihan GULAT di Jakarta, tetapi kurang banyak keterangan tentang tempat latihan GULAT, sehingga olah raga GULAT kurang diminati oleh masyarakat. Kami memohon keterangan tempat tempat latihan GULAT untuk mereka yang tahu tentang GULAT
BalasHapusDi bandung ada gan di smpn1 batujajar tapi smp lain juga boleh atau yang udah kerja juga boleh .,.,,. Pembayaran free gan
Hapusdi riau bisa latihan bebas MUHAMMAD Abdullah... datang aja ke sini tepatnya di kota pekanbaru kecamatan marpoyan damai.
Hapusinfo : hub 082382641653
Semoga Olahraga Gulat Semakin Jaya.....
BalasHapusDan semoga Tidak ada lagi mafia-mafia yang mencoreng nama baik olahraga Gulat di Indonesia, Cukup di PON JABAR saja.... semoga tidak terulang #Amin
Mantap pak, sangat membantu makalahnya. Salam olahraga dari Gulat DIY....
BalasHapus